Minggu, 25 November 2012

Menatap Langit



Baca-baca di taman, selalu ada yang berbeda dari sebuah tongkrongan setiap malam minggu di taman menteng. Setelah senja beranjak menyambut datangnya malam. Baca-baca di taman dengan selingan music yang begitu menghipnotis enggan beranjak pergi hingga mengundang para pengunjung taman menteng untuk berhenti sejenak menikmati musik yang tak terlalu beraturan namun adalah sesuatu harmonisai dengan kebisingan teriakkan dan ketukan jimbe dengan kata-kata yang terkadang terlampau sarkastis.
Sambil menikmati langit Jakarta dari taman menteng, ruang yang untuk menatap langit Jakarta disaat setelah penatnya aktifitas yang membuat kebosanan yang betarung dengan waktu dengan tingkat stress yang tinggi akibat pesaingan di dalam sistem yang busuk (baca: kapitalisme), hidup untuk bekerja apa bekerja untuk hidup.
Tongkrongan atau kongkow-kongkow di sebuah ruang public sambil memandang langit malam yang kelam terkadang bintang pun enggan menemani malam ini. Malam turun dan silih berganti tongkrongan di selah-selah taman yang dulunya adalah stadion sepakbola.
Ada sesuatu yang ganjil di taman ini adalah umah kaca , wow rumah kaca di iklim tropis ini. Rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Rumah kaca merupakan sebuah tempat untuk bercocok tanam di tampat yang mataharinya tak sering berkunjung seperti eropa tapi ini di wilayah katanya jamrud khatulistiwa dan beriklim tropis wew.
Baca- baca di taman dan sambil menatap langit yang hitam penuh polusi. Ruang-ruang public yang kini kian terprivasikan atau di komersilkan, mari manfaatkan ruang public untuk kepentingan public juga.

Uu_ruang menatap langit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar