“Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku
bebas.”
― Mohammad Hatta
Buku adalah, pengertian dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
buku adalah lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Tapi yang
dimaksud dalam kaitannya dengan ini tentu buku yang berisi tulisan atau bahasan
tertentu di dalamnya. Ada berbagai sumber yang menguak sejarah tentang buku.
Sebagian referensi menyebutkan, buku pertama lahir di Mesir pada 2400-an SM
setelah orang Mesir menciptakan kertas papirus. Kertas papirus yang berisi
tulisan ini digulung.
Kumpulan
kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu yang berisi tulisan-tulisan
atau gambar itu adalah buku. Sejarah sendiri mencatat Mesir (2400-an SM)
merupakan negeri pertama yang melahirkan buku (kuno). Namun Buku itu, belumlah
berbentuk seperti sekarang. Buku kuno ketika itu masih berupa tulisan yang
tercetak diatas keping-keping batu (prasasti) atau kertas yang terbuat dari
daun Papyrus (Papyrus adalah tumbuhan sejenis alang-alang yang tumbuh di tepi
sungai Nil). Mesir pula yang mencatatkan diri sebagai bangsa pertama yang
mengenal tulisan, tulisan mesir kuno umumnya disebut Hieroglif: yaitu tulisan
yang bentuk hurufnya berupa gambar-gambar. Memasuki awal abad pertengahan Papyrus
kemudian diganti dengan codek (lembaran kulit domba terlipat yang dilindungi
kulit kayu) kemudian diganti lagi menjadi perkamen (kertas kulit). Perkembangan
dari codek ke perkamen sendiri besar dipengaruhi oleh orang-orang Timur Tengah
yang menggunakan kulit domba yang disamak kemudian dibentangkan, bentangan
kulit ini yang awalnya di sebut dengan pergamenum kemudian disebut perkamen.
Perkamen lebih kuat dan mudah dipotong serta mudah dilipat sehingga lebih mudah
digunakan, inilah yang menjadi cikal awal sebuah buku yang dijilid. Di
Indonesia sendiri, pada zaman dulu Buku kuno umumnya ditulis di atas daun
lontar yang kemudian kumpulan daun lontar tersebut dijilid hingga membentuk
sebuah buku.
Buku-buku
kuno tersebut semuanya ditulis dengan tangan, namun seiring berkembangnya zaman
turut pula berkembang ilmu pengetahuan manusia. Perubahan besar dalam perbukuan
dimulai ketika ditemukannya kertas oleh Cai Lun (105 M): seorang berkebangsaan
Cina yang membuat kertas dari kulit kayu murbei serta ditemukannya mesin cetak
(abad 15) oleh seorang berkebangsaan Jerman, Johanes Gutenberg. Penemuan mesin
cetak ini merevolusi sebuah buku sekaligus
menandai berakhirnya era ortodok penulisan tangan untuk sebuah buku.
Dan tanggal 17 Mei merupakan hari buku nasional dan sejarahnya berawal
dari sebuah momentum peresmian perpustakaan nasional pada 17 Mei 1980, di Jakarta.
Dijadikanlah sebagai Hari Buku Nasional. Yang pada saat itu Abdul Malik Fajar
sebagai oleh Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas). Ide awal pencetusan
Hari Buku Nasional ini datang dari golongan masyarakat pecinta buku, yang
bertujuan memacu minat atau kegemaran membaca di Indonesia, sekaligus
mengenalkan sebuah kebiasaan yang baik yaitu membaca buku. Hari Buku setidaknya
mampu memberikan dampak positif dalam menyadarkan masyarakat tentang pentingnya
buku. Hari ini, setelah dicanangkan lebih dari tiga dasawarsa yang lalu, visi
besar dari peringatan Hari Buku masih tidak jauh berbeda. Namun, ada beberapa
hal yang masih perlu dimaknai kembali.
Sangat sedikit yang mengatahui tetang hari buku nasioanl dan apa lagi
ditengah masyarakat yang sanagat sedikit sekali berminat dengan budaya membaca.
Kalau ada seorang yang membaca malah dicibir habis-habisan sungguh ironis. “Kalau
punya banyak buku dikira orang pintar tapi kalau membaca banyakbuku kita pasti menjadi
pintar”. Menjadi
masyarakat yang “gagap” akan sejarah dengan kealpaan kita memperingati atau
setidak-tidaknya mengingat akan hari-hari penting bangsa sendiri, atau pula ada
kecendrungan dari kita menjadi masyarakat “gemar upacara seremonial” yang penuh
dengan pesta pora peringatan hari besar nasional dengan glamor ya hanya
serimonial belaka.jadi teringat kata-kata “Jika ingin menghancurkan sebuah
bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya; maka pastilah bangsa itu akan
musnah.” Milan Kundera.
Dimana buku
idealnya menjadi sebuah media pencerahan dalam kehidupan disamping media-media yang lain seperti:
Televisi, Radio, Koran, Majalah bahkan internet, namun buku tetap mempunyai
peranan penting yang tak terbantahkan. Bahkan sosiolog agama asal Iran: Ali
Syari’ati pernah mengatakan “Buku adalah seperti makanan, tetapi
makanan untuk jiwa dan pikiran. Buku adalah obat untuk luka, penyakit, dan
kelemahan-kelemahan perasaan serta pikiran manusia. Jika buku mengandung racun,
jika buku dipalsukan, maka akan timbul bahaya kerusakan yang sangat besar.”
Bukankah
membaca itu membuka jendela dunia. Buku juga adalah teman setia yang tak pernah
bosan yang menemani perjalanan ini. Di dalam kitab suci Al Qur’an, dimana ayat
paling pertama dari Al Qur’an yaitu Al Baqarah memerintahkan “Iqra,
-bacalah.
Kolektif media
KBBT ruangmenataplangit.