Selasa, 10 Juni 2014

KUDETA BACA-BACA DI TAMAN JUNI 2014

KUDETA TAMAN MENTENG

Yeah.. ketemu di bulan juni 2014 baca-baca di taman. Kudeta (kumpul dengan teman) di depan rumah kaca taman menteng setiap sabtu malam minggu yang merupakan ritual tiap minggu untuk berkumpul ketemu langsung di ruang publik setelah hampir seminggu disibukan aktifitas yang teralienasi dari kehidupan sosial kita sebagai manusia. Dalam suatu negara modern seperti saat ini di ibaratkan sebagai komunitas politik yang raksasa. Dalam komunitas politik, setiap warga negara mewujudkan tindakannya demi kehidupan bersama. Menurut Aristotele, manusia pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri, karena ia selalu membutuhkan pertolongan orang lain mahluk sosial. manusia hidup dalam masyarakat dan membentuk polis, sehingga manusia menurut Aristotele pada hakekatnya merupakan zoon politikon, yaitu makhuk yang hidup dalam polis. Manusia mesti di maknai hanya jika ia di mengerti dalam kehidupan bersama. Hal itu di mungkinkan dengan cara melihat manusia berdasarkan tindakannya di ruang publik. Ruang publik dan ruang privat sama-sama memiliki kepentingan.



Kudeta ..kumpul dengan teman di awal bulan Juni berbagi cerita, berbincang ringan yeah. Membuka-buka buku di taman walau pun tak terlalu konsen untuk membacanya karena ada kawan-kawan yang lama tak datang kembali hadir di baca-baca di taman.


Hmm Cuaca tampak tak akan turun hujan seperti di akhir bulan Mei 2014 malam minggu kemarin. Dan baca-baca di taman di awal bulan Juni berjalan seperti biasanya. Menatap langit malam yang begitu indah penuh harapan dan mimpi yang harus di wujudkan biar tidak menjadi utopis belaka. Tak terasa sudah satu tahun Sembilan bulan baca-baca di taman ini berjalan. Dan Susana menjelang dua tahun ini juga sedikit sepi berbarengan dengan menjelang pemilu presiden, piala dunia, puasa dan hari raya lebaran. Hmm konflik antar pendukung semakin terlihat, rakyat semakin terbawa situasi dan seharusnya pemilu presiden yang sama-sama ingin membangun bangsa dan Negara jangan sampai rakyat yang menjadi  korban. Pemilu bukan sekedar pesta bagi-bagi kue kekuasaan, pemilu adalah ajang membangun persatuan membangun Negara yang berdaulat dari cengkraman neoliberalisme .


Tim Kolektif Media kbbt ruangmenataplangit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar