mati lampu taman menteng |
Sabtu 11 Oktober 2014 siang yang terik menemani aktifitas
yang mengalienasi kehidupan manusia yang menjual tenaga produktifnya kepada
pemilik modal untuk keberlanjutan hidupnya. Pada dasarnya manusia adalah mahluk kreatif yang menciptakan
bentuk dari material yang mana mereka dapat mewujudkan jati diri mereka ke
dalam apa yang mereka buat. Dalam masyarakat pra-kapitalis manusia adalah utuh,
memiliki otoritas penuh atas diri mereka sendiri. Yap’s mereka menciptakan
barang-barang untuk mereka gunakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan mereka atau
mereka perjual-belikan secara adil.
Hmm beristirahat sejenak setelah akhirnya lepas dari
keterasingan ini, untuk berangkat bareng di titik temu di daerah kawasan Selatan
Jakarta, Tebet. Sedikit terhambat karena pertemuan sabtu ini belum selesai dan
sepertinya telat 20 menit untuk membuka baca-baca di taman. Setelah menerobos
kemacetan yang tak terlalu parah akhirnya sampai juga di Taman Menteng yang
nampak gelap gulita seperti minggu yang lalu. Taman menteng dalam gelap di
depan air muncrat rumah kaca depan bekas sevel yang nampak telah ditutup, lampu
taman di sekitaran jalan rumah kaca nampak mati dan rumah kaca lampu pun tak
menyala seperti sebelum bulan Oktober. Komunitas baca-baca di taman mungkin
komunitas nocturnal yang beraktifitas dan mempunyai waktu lenggang pada malam
hari dan siang hari sibuk beraktifitas ada yang sekolah, bekerja untuk
menyambung hidup.
Gelap-gelapan di taman membuat kegiatan baca-baca di taman
membuat kecewaan para tamu yang sangat antusias untuk singah ke depan rumah
kaca berkumpul dengan komunitas baca-baca di taman. Katanya taman menteng bukan
tempat mesum tapi malah sabtu inisekitar dua rumah kaca dan lampu tamanya di
matikan. Sebagian lagi Nampak menyala ini diskriminasi ruang public yang tak
berkehendak mendukung kegiatan baca-baca di taman setiap sabtu malam minggu ini
berjalan dengan semestinya. Dan seharusnya ruang publik seperti taman, harusnya
memberikan fasilitas penerangan yang cukup bukanya malah menjadi gelap dan
cenderung rawan kriminalitas.
Besar kemungkinan jumlah taman kota yang ada di Jakarta
sekitaran 1.178 taman kota akan lenyap dan menghilang bila masayarakat dan
pemerintah tak punya kepedulian dan berkegiatan di taman. Ketika masyarakat tak
lagi mempunyai budaya bertaman dan menjadikan suatu kebiasaan berkegiatan di
taman dengan positif dan menyenangkan. Tapi mungkin baca-baca di taman bukanya
kegiatan positif bagi sebagian orang dan kegiatan baca-baca di taman yang mengajak
untuk berkumpul dan membaca bersama , bersilahturahmi adalah hal yang tak
menyenangkan jadinya lampu di taman ini dan rumah kaca mati menjadi gelap gulita
saat malam turun. Sambil menatap langit malam ini di depan rumah kaca yang
dengan penerangan lampu yang nampak remang-remang penerang jalan nampak di
rumah kaca yang gelap membuat ritual baca-baca dan berkumpul ini nampak
menikmati gelapnya taman, walau terasa ganjil dengan kegelapan dan tak bisa
membaca beberapa lembar halaman buku.
Sampai ketemu sabtu 18 oktober 2014 di depan rumah kaca,
taman menteng semoga lampu taman dan rumah kaca menerangi kembali baca-baca di
taman.
Uu ruangmenataplangit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar