Senin, 05 Januari 2015

Penutup tahun 2014 di Taman Menteng


Hujan mengguyur Jakarta di bulan Desember, Sabtu 20/12/14 hujan mengguyur begitu deras hingga malam pun tiba, air tumpah dari langit tak henti-hentinya mengguyur, sehingga baca-baca di taman pun sedikit terganggun sehingga jam 20:12 baru di buka karena harus berteduh dari hujan yang menguyur tak henti.


Suasana taman yang sedikit sepi sehabis hujan membasi Jakarta. Menatap langit tak berpelangi setelah hujan reda di taman menteng. Ketimpangan di ruang publik menimbulkan sebuah kegelisahan dan sebuah aksi dari masyarakat yang kemudian melahirkan tindak inisiatif beberapa warga. Ketidakpuasan mereka atas pembangunan kota Jakarta menciptakan motivasi tertentu untuk memanfaatkan ruang publik yang telah tersedia namun belum digarap optimal, khususnya pada kasus ruang publik berwujud berupa sebuah taman dan akhirnya kami lahir di taman ini untuk sebuah kegelisahan atas ruang terbuka ini yang berbentuk sebuah taman di tengah kota.

Taman menteng yang lebih asyik saat mentari tenggelam dan lampu taman mulai menyala dan rumah kaca menjadi bersinar terang benerang saat itu banyak di nanti para pengunjung untuk berfoto dengan latar belakang icon taman menteng yang ironi di sebuah Negara beriklim tropis ini.
Berdirinya taman baru seperti Taman Menteng sempat menuai kontroversi karena menggantikan stadion sekaligus rumah bagi klub Persija yang melegenda itu. Taman ini pun kemudian diresmikan pada April 2007 dan menelan biaya sekitar 45 milyar. Fasilitas di dalamnya adalah lapangan futsal, basket, jogging track, dll. Tak lama setelah diresmikan, taman ini cukup berhasil menyedot perhatian warga Jakarta walaupun kontroversi. Di akhir pekan, Taman Menteng penuh dikunjungi untuk beraktivitas. Sering kali dapat kita temukan Taman Menteng yang mempunyai 30 spesies tanaman hias itu biasa dijadikan lokasi foto untuk buku tahunan anak sekolah sampai foto pra weding atau weding.

Taman seharusnya digunakan oleh public itu sendiri karana itu adalah tempat public. Kota metropolitan yang kekurangan ruang untuk sekedar bermain atau menatap sejenak langit yang luas memayungi kita sehari-hari. ruang alternativ, taman menjadi pilihan bijak berkunjung di akhir pekan menikamati udara segar, berkumpul dan beriteraksi disana. Taman sebagai yang ruang terbuka membuka kemungkinan semua lapisan sosial saling bertemu dan  berinteraksi. Ia menjadi tempat bagi siapa pun yang datang dan pergi.

Ruang menatap langit__Uu-KBBT (komunitas baca-baca ditaman)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar