“Perjuanganku lebih
mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena
melawan bangsamu sendiri”
– Soekarno.
Tujuh puluh tahun silam di pertengahan bulan agustus ketika
itu bertepatan dengan bulan puasa. Sekelompok Pemuda Menteng 31 melakukan
pengamanan atau penculikan terhadap golongan tua Bung Karno dan Bung Hatta.
Sekelompok pemuda yang bermarkas di daerah Menteng 31
mendatangi kediaman Bung Karno bertempatan di Jalan Pegangsaan Timur 56,
Menteng Jakarta. Bung Karno, yang sudah mengetahui kedatangan utusan pemuda
ini, segera menemui mereka di beranda rumah.
“Sekarang, Bung! Sekarang, malam ini juga kita kobarkan revolusi,” ujar
Chaerul Saleh, salah seorang dari pemuda tersebut. “Kami tidak ingin
mengancammu, bung,” kata Wikana dengan nada suara serak.
Pemuda asal Sumedang, Jawa Barat, itu melangkah dengan
memegang sebilah pisau terjulur di tangannya. “Revolusi di tangan kami sekarang dan kami memerintah Bung. Kalau Bung
tidak memulai revolusi malam ini, maka…” Sekilas sedikit cuplikan dialog
pemuda saat memaksa Bung Karno, dan juga mereka yang disebut golongan tua saat
itu, untuk membacakan proklamasi kemerdekaan. Akhirnya, karena rencana di atas
menemui kegagalan, para pemuda kemudian menculik Bung Karno dan membawanya ke
Rengasdeklok, Karawang.
Inilah salah satu peranan menonjol pemuda dalam proklamasi
kemerdekaan. Banyak peristiwa sebelum dan sesudah kemerdekaan juga menceritakan
peranan dari kaum muda. Tidak salah kemudian, campur-tangan pemuda yang sangat
besar dalam jalannya revolusi di Indonesia oleh Ben Anderson disebut “revolusi
pemuda”. Beginilah watak khas dan arah dari sebuah revolusi Indonesia pada
permulaannya memang ditentukan oleh kesadaran pemuda ini,” kata Anderson.
“Kalian pemuda, kalau
kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya
hanya beternak diri”. Pramoedya Ananta Toer.
Menurut Pramoedya Ananta Toer, salah seorang sastrawan besar
Indonesia, mengatakan sejarah Indonesia adalah sejarah pemuda Indonesia, yang
dimulai dengan Perhimpunan Indonesia di Belanda, Sumpah Pemuda, Revolusi
Agustus 1945, hingga penggulingan diktator Soeharto. “Hanya sayang mereka tidak melahirkan pemimpin,” kata Pram.
Sejarah perubahan Indonesia adalah pemuda sebagai agen
perubahan dan sayangnya pemuda belum di beri kesempatan untuk memimpin. Pemuda
sebagai agen perubahan di era neoliberal dengan kenyamanan teknologi komunikasi,
penuh semangat hedon dengan hasrat konsumtif dan eksitensialis sebagai filosofi
hidupnya.
Tujuh puluh tahun
Revolusi Agustus tanpa makna
Merdeka itu siapa yang punya
Merdeka kata mereka
Tapi merdeka bukan Cuma kebebasan !
Tapi pembebasan dari pikiran yang masih terbelenggu !!
Koletif media KBBT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar