KUDETA (KUmpul
DEngan TemAn), 3 Oktober 2015 seperti biasa perjumpaan di malam minggu awal
bulan baru mengajak untuk berkumpul di ruang terbuka, mendekatkan yang jauh dan
melekatkan persaudaraan yang sudah dekat biar tambah kental .
Taman menteng malam ini sangat sedikit kalau boleh dikatakan sepi pengunjung mungkin karena taman
menteng Nampak gelap dan remang-remang dari kejauhan sehingga yang mau
berkunjung sedikit ragu bahkan jadi tak punya niat lagi. Gelap membuat sebagian
menjadi hilang seleranya untuk mampir ke taman menteng membuat perasaan tak
nyaman. Ruang publik menjadi kehilangan rohnya tanpa kehadiran publik itu
sendiri.
Membuat menjadi
ruang publik menjadi hidup. Ruang publik yang “hidup” dalam arti sebenarnya. Sebuah
ruang publik yang baik harus memiliki prasyarat: Aman, Nyaman, Mudah
diakses (baik dari segi lokasi yang strategis maupun dan gratis seperti
sinar mentari), Menarik (engaging), serta Representatif (mampu
merepresentasikan berbagai macam suku, golongan,kelompok dan kepentingan).
Selain itu, ruang publik yang ideal menurut ahli tata ruang yang juga dosen
Universitas Trisakti-Rustam Hakim (1987), harus dapat menampung aktivitas
tertentu dari masyarakatnya, baik individu maupun komunitas. Dengan melihat
pada kenyataan di lapangan, memandang
bahwa Taman Menteng apa sudah memenuhi persyaratan-persyaratan di atas. Hmm dengan
lampu rumah kaca dan lampu taman seringnya dimatikan baik sengaja maupun tidak
membuat persayaratan itu sedikit menjauh dari sebuah konsep ruang publik di
Taman Menteng.
Dalam membangun
sebuah ruang publik bukan saja membangun fisiknya saja tapi bagaimana komunitas
yang bergiat disan memberi sebuah roh tempat itu memang layak untuk di
kunjungi. PubliK harus merasa nyaman dengan kebersihan dan keindahan di ruang publik
sebaiknya kita sama-sama menjaga kebersihan, kenyamanan dan keamanan. Dan
kegiatan interaksi antar manusia baik individu mapun komunitas yang
menghidupkan sebuah ruang publik itu sendiri dapat selaras dengan berbagai bentuk
kegiatan yang produktif dan tentunya. Sebuah ruang publik tentunya harus dapat
di nikmati semua kelas, kelompok,umur, golongan dalam masyarakat apa lagi
dengan pengelola taman yang benar-benar ingin menjadikan ruang publik itu
menjadi hidup tak kehilangan rohnya dengan berlaku diskriminasi apa lagi
mengintimidasi di ruang publik.
Bawa buku buka dan
baca di taman
Mau pintar kenapa
mesti bayar!!
Baca-baca di taman
Uu
ruangmenataplangit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar