Senin, 05 Oktober 2015

Remang-remang Kudeta Oktober



KUDETA (KUmpul DEngan TemAn), 3 Oktober 2015 seperti biasa perjumpaan di malam minggu awal bulan baru mengajak untuk berkumpul di ruang terbuka, mendekatkan yang jauh dan melekatkan persaudaraan yang sudah dekat biar tambah kental .


Taman menteng malam ini sangat sedikit kalau boleh dikatakan sepi pengunjung mungkin karena taman menteng Nampak gelap dan remang-remang dari kejauhan sehingga yang mau berkunjung sedikit ragu bahkan jadi tak punya niat lagi. Gelap membuat sebagian menjadi hilang seleranya untuk mampir ke taman menteng membuat perasaan tak nyaman. Ruang publik menjadi kehilangan rohnya tanpa kehadiran publik itu sendiri.


Membuat menjadi ruang publik menjadi hidup. Ruang publik yang “hidup” dalam arti sebenarnya. Sebuah ruang publik yang baik harus memiliki prasyarat: Aman, NyamanMudah diakses (baik dari segi lokasi yang strategis maupun dan gratis seperti sinar mentari), Menarik (engaging), serta Representatif (mampu merepresentasikan berbagai macam suku, golongan,kelompok dan kepentingan). Selain itu, ruang publik yang ideal menurut ahli tata ruang yang juga dosen Universitas Trisakti-Rustam Hakim (1987), harus dapat menampung aktivitas tertentu dari masyarakatnya, baik individu maupun komunitas. Dengan melihat pada kenyataan di lapangan,  memandang bahwa Taman Menteng apa sudah memenuhi persyaratan-persyaratan di atas. Hmm dengan lampu rumah kaca dan lampu taman seringnya dimatikan baik sengaja maupun tidak membuat persayaratan itu sedikit menjauh dari sebuah konsep ruang publik di Taman Menteng.


Dalam membangun sebuah ruang publik bukan saja membangun fisiknya saja tapi bagaimana komunitas yang bergiat disan memberi sebuah roh tempat itu memang layak untuk di kunjungi. PubliK harus merasa nyaman dengan kebersihan dan keindahan di ruang publik sebaiknya kita sama-sama menjaga kebersihan, kenyamanan dan keamanan. Dan kegiatan interaksi antar manusia baik individu mapun komunitas yang menghidupkan sebuah ruang publik itu sendiri dapat selaras dengan berbagai bentuk kegiatan yang produktif dan tentunya. Sebuah ruang publik tentunya harus dapat di nikmati semua kelas, kelompok,umur, golongan dalam masyarakat apa lagi dengan pengelola taman yang benar-benar ingin menjadikan ruang publik itu menjadi hidup tak kehilangan rohnya dengan berlaku diskriminasi apa lagi mengintimidasi di ruang publik.


Bawa buku buka dan baca di taman
Mau pintar kenapa mesti bayar!!
Baca-baca di taman


Uu ruangmenataplangit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar