Selasa, 30 Juli 2013

Penutup di Bulan Juli


ruang menatap langit _juli


Setelah di akhir bulan Juli ini menyisakan beberapa hari lagi menyambut kedatangan bulan Agustus. Juli ini terlalau sendu mendung meragu di selingi hujan yang berkepanjangan di musin yang menjadi tak menentu seharusnya tak terlalu banyak hujan. Malam minggu beberapa minggu yang lalu hujan dan hujan seakan cuaca tak kompromis lagi untuk meberi jeda kami membuka lapak baca-baca di taman. Waktu berputar serasa begitu cepat , oh Juli melambaikan tangan perpisahan sampai ketemu lagi di tahun depan dan bulan Agustus menyambut  dengan senyumannya yang begitu khas penuh dengan perayaan  di bulan ini selain Hari Raya Lebaran ada Hari Raya HUT kemerdekaaan RI.

Bulan Juli ini bertepatan dengan bulan ramadhan bagi yang menjalankan puasa. Baca-baca di taman memasuki bulan Agustus ini sudah hampir setahun kurang satu bulan telah berjalan penuh dengan hambatan dan tantangan untuk tetap berjalan. 

pamflet baca-baca di taman juli
Langit malam ini di Taman Menteng begitu cerah di taburi sedikit bintang yang benerang menemani malam yang biasanya selalu di hiasi dengan mendung kelabu dan hujan pun tiba-tiba datang tanpa memberi tanda. Di depan rumah kaca di bulan Juli 2013 suasana remang-remang namun ramai dengan para penikmat ruang terbuka melepas lelah sehabis beraktifitas.
Baca-baca di taman bermain-main anak-anak jalan melepaskan kepenatan di taman, bernyanyi bersama tentang kerasnya dunia di bawah belenggu sistem kapitalisme dimana manusia atas manusia lainya saling memangsa untuk bertahan hidup, dimana buruh dip eras tenaga kerjanya tapi dengan upah tak layak untuk menyambung hidup.

Tak terasa hari sudah berganti , menunggu detik-detik saur di taman semakin ramai dengan kumpulan manusia-manusia yang melakukan saur on the road atau sekedar meramaikan jalanan. Akhirnya saur pun tiba kami memesan makanan ala kadarnya untuk saur dan di sekitaran menit-menit terakhir ya masih ada 35 menit kami mendapatkan kiriman makanan dari kawan yang baru ketemu dan mari kita saur di taman di temani langit yang begitu cerah, dan harapan tentang dunia yang lebih baik, adil untuk semua mahluk tanpa ada sebuah kelas-kelas social di dalam masyarakat.
Uu­­_ruangmenataplangit

Kamis, 18 Juli 2013

Taman Oase di Tengah Kota





Taman-taman kota di Jakarta sangat diperlukan untuk sebagai sumber peresapan air dan juga tempat beraktivitas warganya di waktu luang sebagai ruang terbuka untuk publik. Salah satu taman kota yang terkenal di Jakarta dan paling sering dikunjungi adalah Taman Menteng. Letak taman ini di Jl. HOS Cokroaminoto, Menteng dan merupakan sebuah taman di tengah kota yang memiliki fasilitas berupa gedung parkir, rumah kaca, playground serta lapangan terbuka untuk bermain futsal, basket, joging, dan kegiatan beladiri  yang semuanya hampir beraktifitas dan ramai pada malam hari.


Awalnya taman seluas lebih dari 2 hektar  ini merupakan sebuah lapangan sepakbola milik Persija. Tetapi lama kelamaan, karena tidak sering dipergunakan, kemudian banyak berdiri bangunan-bangunan tak berizin maupun lapak-lapak kaki lima sehingga lapangan tersebut kehilangan fungsinya dan terlihat sangat tak estetika karena tak terawatt lagi di tengah suasana kota. Akhirnya pada tahun 2007, oleh pemda DKI, lapangan itu kemudian direnovasi hingga menjadi taman yang cantik sebagai ruang publik walau pun pada pendiriannya banyak pro dan kontra. Ada air mancur di beberapa tempat dan jogging track buat mereka yang suka jalan santai dan berlari-lari kecil dan suka berkumpul/kongkow-kongkow.


Namanya juga taman di tengah kota, taman ini tak pernah sepi dari mereka yang ingin sekedar duduk-duduk atau pun beraktivitas di situ sambil menjalin silaturahmi atau yang berpacaran. Cuma yang agak disayangkan, di  malam hari agak banyak lampu taman yang tidak menyala sehingga sebentar sempat menimbulkan rasa agak kurang nyaman. Tapi buat mereka yang membawa pasangannya, kondisi seperti ini biasanya malah disyukuri oleh sebagian orang yang mau mojok berduaan yeaah. 


Menatap langit yang gelap di taman membuat nyaman. Inilah alternative sebagai tempat menatap langit . Di ruang publik, diskusi sosio-politik berlangsung. Konsep ranah publik Habermas adalah ruang bagi diskusi kritis, terbuka bagi semua orang.  Di ruang publik ini dapat dihimpun kekuatan solidaritas masyarakat warga untuk melawan mesin-mesin pasar/kapitalis dan mesin-mesin politik. Ruang publik harus mudah diakses setiap orang. Yeah menatap langit malam ini di taman menteng.



Uu_ ruangmenataplangit









Rabu, 10 Juli 2013

KUDETA (Kumpul Dengan Teman) di Taman Menteng




Berejaringan dan berinteraksi sampai ketemu di Taman Menteng jam 20:58, seberang Seven Eleven, ada air mancur sebelah kiri tanda Taman Menteng depan rumah kaca. Tidak usah bingung jika liburan panjang ini Anda tetap di Jakarta, atau malah sengaja berlibur di Jakarta. Nikmatilah taman kota  di daerah elit Menteng yang teduh dan sebagaimana sebuah taman, aneka macam tanaman dan pepohonan yang indah dihadirikan di sini. Dengan penataan yang sedemikian rupa, membuat taman ini menjadi begitu asri. Yang asri salah satunya di Tamen malam ini yeah. Yang luasnya 2,5 hektar.

Baca–baca di taman berkudeta (baca: berkumpul dengan teman) Sabtu malam Minggu di awal bulan Juli ini terlalu ramai tapi sedikit senyap mungkin akibata kenaikan harga yang di picu oleh kenaikan BBM menjadi benar-benar mencekik hahaha. Membuat beberapa tongkrongan atau pun komunitas menjadi sepi karena akibat kenaikan harga nongkrong butuh dana juga walau pun tak seberapa tapi kini apa lagi mau bulan puasa semuanya ikutan tambah naik juga.

Ruang terbuka yang hijau memberikan sedikit oase di tengah kota yang terlalu padat dan cenderung dalam kesemerawutan apa lagi kalau lalu lintas padat dan merayap , asap pembuangan kendaraan bermotor membuat nafas sedikit terasa sesak dengan kehadiran pepohonan dan taman dengan gemericik air membuat semacam oase di tengah kota Jakarta.

Membaca di taman bukanlah sebuah taman bacaan, tapi baca-baca bersama di ruang publik sambil menikmati pemandangan dan segarnya suasana dimana semua orang berkomunikasi langsung . Kopi-kopi ess.. keliling? Yap’s! Tukang Kopi di kawasan Menteng memiliki cara sendiri untuk menjajakan barang dagangannya. Mereka bersepeda keliling taman untuk menarik pelanggan. Tak hanya kopi yang tersedia di sepedanya, ada pula susu, teh dan minuman instan dengan berbagai produk merek. Dan sebagian para pedagang bersepedah berasal dari pulau Madura. para tukang kopi bersepeda yang tidak bosan-bosannya berkeliling ataupun mengetem di suatu tempat untuk menjajakan dagangannya. Dan ini dia yang tidak kalah menariknya , banyak sekali menjadi fotografer dadakan yang mengabadikan lingkungan Taman Menteng ini untuk objek lensa kameranya, baik dari kamera sederhana dari ponsel maupun yang ber tripod ria dengan kualitas pixel yang besar.

Dibagian depan Taman Menteng memiliki beberapa air mancur yang dihiasi lampu berwarna-warni. Namun letak air mancur ini tidak berada di kolam, melainkan diantara bebatuan yang berperan sebagai conblock. Air mancur ini akan semakin indah bila dilihat pada malam hari itu juga kalau sedang di nyalahkan kalau tidak ya seperti tempat biasa saja. Biasanya didekat air mancur ini berseliweran beberapa komunitas sepeda yang sedang berkumpul. Jakarta semakin terlihat warna-warni. Dan dua buah umah kaca yang menjadi sebuah symbol Taman Menteng ini malam ini sedikit gelap dan beberapa lampu taman mati wah sayang sekali padahal kalau terang akan terlihat keindahanya pada saat mentari tenggelam dan pada hal ini tempat public seharusnya penerangan selalu di nyalakan atau kalau rusak di pebaiki.


Akses menuju Taman Menteng tidaklah sulit, pilih saja jalan dari kuningan menuju senen/monas. Bisa dengan bus way sambil menelusuri dari HI itu juga kalau yang mau jalan kaki atau pun naik taxi atau ojek. Dengan menaiki kopaja P20 baik AC dan non AC atau pun bisa di akses dengan kreta dari stasiun gondang dia maupun cikini dengan jarak tak terlalu jauh juga bila mau berjalan kaki sekali-kali sambil menikmati suasana Menteng sore ini menanti turunnya malam.
 




Uu_ruangmenataplangit

Senin, 08 Juli 2013

Menatap Langit IV


baca-baca di taman
Baca-baca di bulan Juli yang beberapa hari lalu Jakarta selalu di payungi awan dengan cuaca yang sejuk dan hujan, tak seperti biasanya mentari bersinar cerah dengan hangatnya menyentuh kulit. Hujan sepanjang hari ini, hari sabtu ini tak hujan tapi langit masih diselimuti mendung cuaca memang bersahabat untuk berjalan-jalan kemacetan semakin sore di Jakarta ini semakin tak terelakkan lagi. Mungkin ini salah satu faktor penyebab berkurangnya pengunjung di Taman Menteng , dan apa lagi beberapa hari lagi menyambut datangnya bulan ramadhan seperti biasanya sedikit sepi di awal minggu dan setelah itu seperti biasa. dan keadaan rumah kaca menjadi sedikit berkurang cahayanya tak seperti minggu-minggu kemarin yang terang dan membaca menjadi nayaman.

Taman-Menteng-Jakarta
Yeaah baca-baca di taman sedikit telat membukanya tapi beberapa anak-anak jalanan yang berjualan dan mengamen sudah hadir untuk sedikit berkeluh kesah taman sepi hahahaha. Dan kedatangan tamu yang tak telalu spesial bulan ini seorang waria yang curcol ..hehehehe tentang persaingan untuk mencari rezeki di antara para waria yang kompetisi apa lagi mau lebaran semuanya pengen berbelanja memnuhi hasrat konsumtifnya dan pulang ke kampung halaman.

Langit malam ini yang gelap di bulan Juli, selamat datang kembali dan membawa sebuah semangat baru di bulan baru yang penuh dengan harapan baru untuk tetap berlanjutnya baca-baca di taman yeah.. kalau mau pintar kenapa musti bayar!!! Menjadi lahir dan menjadi baru.

Uu_ruang menatap langit