Rabu, 21 Mei 2014

Baca-baca di taman 17 Mei 2014


Hujan gerimis menatap senja saat malam hampir tiba. Rintikan hujan yang semakin lama begitu deras menguyur dan menepi untuk sesaat berteduh untuk menghindari guyuran air yang semakin lama membuat basah. 
baca-baca di taman

Ketemu lagi hari sabtu dan malam pun bentar lagi menyapa dengan rintikan hujan yang mendinginkan bumi. Tak terasa sudah ketemu lagi dengan hari sabtu .. waktu seakan berlari mungkin kejar setoran hahaa. Ketemu lagi di baca-baca di taman yang telat bukan juga menyalahkan hujan yang turun dan kemacetan tapi mungkin telat biar dianggap keren hehehe tapi telat untuk membuka baca-baca di taman malam ini sabtu 17 mei 2014 bukalah suatu kesengajaan tapi karana kondisi Jakarta kalau tak macet tak indah katanya seperti bukan Jakarta malah menjadi aneh kalau tak macet hehehe.

Selamat datang di depan rumah kaca ternya sudah ada beberapa yang menunggu untuk bergabung membaca di ruang public; dengan hilir mudik pengunjung taman menteng dan pedagang minuman keliling dengan sepeda hehehe. Berkumpul di depan rumah kaca merupakan ritual untuk bersilah turahmi . Mempererat tali persaudaraan dan melekatkan tali persatuan  agar tak mudah di adu seperti domba hehehe.. apa lagi sekarang lagi mau pemilu presiden dan penuh dukung mendukung antara capres satu dan capres lainya.

Taman Menteng malam itu menatap langit yang memberi sedikit taburan bintang penuh harapan akan kemerdekaan dalam sejatinya manusia yang merdeka tanpa ketakutan dalam dirinya dan di luar dirinya membebaskan diri dari keterpasungan dan hasrat yang terselubung yang telah disuntikan oleh imperialime dan terpasung dari hasrat itu sendiri, menjauhkan kehidupan social di dalam sebuah komunal masyarakat itu sendiri. Hilangnya semangat gotong royong menjadi egosentris belaka yeah karena belengu itu masih ada dalam mental dan pemikiran yang belum merdeka. 
Bawa buku , buka dan baca di taman
MAU PINTAR KENAPA MUSTI BAYAR!

Uu ruang menatap langit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar