Hujan gerimis menatap senja saat
malam hampir tiba. Rintikan hujan yang semakin lama begitu deras menguyur dan
menepi untuk sesaat berteduh untuk menghindari guyuran air yang semakin lama
membuat basah.
Ketemu lagi hari sabtu dan malam
pun bentar lagi menyapa dengan rintikan hujan yang mendinginkan bumi. Tak
terasa sudah ketemu lagi dengan hari sabtu .. waktu seakan berlari mungkin
kejar setoran hahaa. Ketemu lagi di baca-baca di taman yang telat bukan juga
menyalahkan hujan yang turun dan kemacetan tapi mungkin telat biar dianggap
keren hehehe tapi telat untuk membuka baca-baca di taman malam ini sabtu 17 mei
2014 bukalah suatu kesengajaan tapi karana kondisi Jakarta kalau tak macet tak
indah katanya seperti bukan Jakarta malah menjadi aneh kalau tak macet hehehe.
Selamat datang di depan rumah
kaca ternya sudah ada beberapa yang menunggu untuk bergabung membaca di ruang public;
dengan hilir mudik pengunjung taman menteng dan pedagang minuman keliling
dengan sepeda hehehe. Berkumpul di depan rumah kaca merupakan ritual untuk
bersilah turahmi . Mempererat tali persaudaraan dan melekatkan tali
persatuan agar tak mudah di adu seperti
domba hehehe.. apa lagi sekarang lagi mau pemilu presiden dan penuh dukung
mendukung antara capres satu dan capres lainya.
Taman Menteng malam itu menatap
langit yang memberi sedikit taburan bintang penuh harapan akan kemerdekaan
dalam sejatinya manusia yang merdeka tanpa ketakutan dalam dirinya dan di luar
dirinya membebaskan diri dari keterpasungan dan hasrat yang terselubung yang
telah disuntikan oleh imperialime dan terpasung dari hasrat itu sendiri,
menjauhkan kehidupan social di dalam sebuah komunal masyarakat itu sendiri. Hilangnya
semangat gotong royong menjadi egosentris belaka yeah karena belengu itu masih
ada dalam mental dan pemikiran yang belum merdeka.
Bawa buku , buka dan baca di
taman
MAU PINTAR KENAPA MUSTI BAYAR!
Uu ruang menatap langit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar