Senin, 21 Desember 2015

ROEHANA KOEDDOES

ROEHANA KOEDDOES: 

JURNALIS PEREMPUAN PERTAMA DI HINDIA-BELANDA

Jelang Hari Ibu, di harian Kompas, 21 Desember 2015, diberitakan wacana untuk mengusulkan gelar Pahlawan Nasional bagi Roehana Koeddoes.

Siapakah Roehana Koeddoes (banyak juga yang menulis "Rohana Kudus")?

Publik belum terlalu familiar dengan nama Siti Roehana Koeddoes meski cita2nya mengangkat harkat & martabat wanita patut mendapatkan apresiasi.

Pemilik nama asli Siti Roehana ini dilahirkan di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pada tanggal 20 Desember 2015, dari seorang ayah bernama Mohamad Rasjad Maharadja Soetan & ibu bernama Kiam.


Roehana berhubungan kekerabatan dengan tokoh nasional lainnya, yaitu kakak tiri dari Sutan Sjahrir dan bibi dari penyair Chairil Anwar. Selain itu, Roehana juga sepupu dari H. Agus Salim.

Roehana tidak pernah mengenyam pendidikan formal tapi seperti anak2 H. Agus Salim yang belajar dari bapaknya, ia pun demikian.

Namun di usianya yang muda, Roehana sudah berpikiran lebih maju dari wanita kebanyakan. Ia sangat berminat & berbakat dalam dunia intelektual. Ini dibuktikan dengan pengabdiannya mengajarkan teman2nya baca tulis.

Pada jaman dimana masyarakat memandang perempuan tidak perlu menuntut ilmu tinggi/banyak yang penting bisa mengurus rumah tangga

Rohana menikah dengan Abdullah Koeddoes tahun 1908 saat usianya 24 tahun.

Setelah menikah pada tahun 1911, Roehana mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Koto Gadang, yang bergerak di bidang pendidikan, budi pekerti & keterampilan.

Aktivitas Roehana tidak selalu mulus. Seorang muridnya pernah menuduh Roehana menyelewengkan uang sekolah. Namun di persidangan tuduhan tersebut tidak tebukti.

Tanggal 10 Juli 1912, Roehana bersama Ratna Djoewita menerbitkan surat kabar 'Soenting Melajoe' & ia menjadi satu2nya wanita pribumi pertama di Hindia Belanda yang menjadi jurnalis.

Pekerjaan yang tak lazim buat perempuan di masa itu menyebabkan Roehana diberikan stigma penyebar hasutan yang menyebabkan ia harus mendekam di penjara.

Roehana juga mendirikan "Roehana School" di Bukittinggi selain juga ia mengajar di sekolah Dharma Putra.

Roehana melanjutkan aktivitasnya di Lubuk Pakam & Medan, dimana ia mengajar & memimpin surat kabar "Perempuan Bergerak".

Roehana meninggal dunia di usianya yang ke-88 tahun pada tanggal 17 Agustus 1972.

Atas kiprahnya, beberapa penghargaan disematkan kepada Roehana, a.l.
1. "Wartawati Pertama Indonesia" oleh Pemerintah Propinsi Sumbar pada tanggal 17 Agustus 1974.
2. "Perintis Pers Indonesia" oleh Menteri Penerangan Harmoko saat memperingati Hari Pers Nasional pada tanggal 9 Pebruari 1987.
3. "Bintang Jasa Utama" dari Pemerintah RI pada tahun 2008.

Terkait emansipasi wanita, menurut Rohana:
"Perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan & kewajibannya. Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat pendidikan & perlakuan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani & rohani, berakhlak & berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang semuanya hanya akan terpenuhi dengan memiliki ilmu pengetahuan"

Sumber:
1. "Rohana Kudus dan Pendidikan Perempuan", bisa diakses di sini http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/…/article/view/484
2. Baca juga http://www.majalahkartini.co.id/…/rohana-kudus-wartawati-pe…
3. Baca juga http://m.kompasiana.com/…/rohana-kudus-perempuan-multitalen…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar