Selasa, 01 Desember 2015

JANBAR (HUJAN BUBAR ...) II

#JANBAR 2 (R T H)

28 November 2015


Rupanya langit malam masih berselimut polusi sisa senja yang menepi pada kesenyapan pergantian waktu . JANBAR hujan bubar baca-baca di taman malam ini cuaca cerah . cuaca mendukung bro untuk mengelar baca-baca di taman .

Sejarahnya  taman menteng ini merupakan stadion yang bersejarah di Jakarta tempat markas  klub sepak bola di Jakarta, tetapi sekarang telah berubah fungsi menjadi taman kota yang telah diresmikan pada tahun 2007 yang telah berlalu oleh Gubernur Jakarta pada waktu itu Sutiyoso. 

Memang berat pilihannya  seperti buah simalakama kalau dimakan Ibu mati kalau tak dimakan Bapak yang mati. Pada waktu itu di satu sisi Jakarta membutuhkan taman kota yang berfungsi sebagai faktor penyeimbang berupa daerah terbuka hijau melalui pohon-pohon yang hidup di dalamnya, akan tetapi Jakarta juga butuh sarana lapangan sepak bola, hampir bisa dipastikan bagi kita yang ingin bermain sepak bola lapangan akan kesulitan menemukan lapangan di Jakarta. 

Ruang terbuka hijau di Jakarta merupaka oase bro. Ruang terbuka hijau salah satunya taman yang berfungsi secara sosial dan  ekologis. 

RTH Untuk fungsi sosial, ruang terbuka hijau perlu memiliki hirarki: untuk lingkungan ketetanggaan, di tengah-tengah lingkungan perumahan; untuk lingkungan lebih luas di antara beberapa lingkungan perumahan; untuk lingkungan lebih luas di antara berbagai fungsi perkotaan seperti perkantoran, sekolah, dan lain-lain; dan untuk keseluruhan kota tempat orang merayakan dan merasakan diri sebagai anggota suatu masyarakat perkotaan.

Distribusi ruang terbuka hijau juga penting memperhatikan keperluan untuk keselamatan dari bencana. Ketika gempa, orang perlu keluar dan menjauh dari bangunan-bangunan agar tidak tertimpa serpihan kaca atau bagian bangunan lain yang jatuh. Untuk soal ini sebenarnya agak mengerikan membayangkan Jalan Thamrin-Sudirman dan Rasuna Said di Jakarta, yang sama sekali tidak memiliki ruang terbuka yang cukup luas dan pada jarak aman dari kemungkinan terkena jatuhnya serpihan dari bangunan-bangunan tinggi di sana. Melarikan diri ke ruang jalan adalah suatu tindakan yang berbahaya, karena dalam keadaan panik gempa misalnya, maka lalu lintas pun akan mengalami kekacauan yang berbahaya.

Terkait dengan lokasi , ada keharusan kemudahan mencapai ruang terbuka hijau. Untuk di lingkungan perumahan, ia harus dapat dengan mudah, nyaman dan aman dicapai dengan berjalan kaki, mungkin juga dengan sepatu roda, bersepeda dan kereta bayi. Misalnya dalam lima menit. Untuk yang antar-lingkungan perumahan dan fungsi lain, alangkah baik bila dapat dicapai dengan jalan kaki juga dan/atau sepeda, misalnya dalam sepuluh menit. Untuk yang lain, harus ada kemudahan pencapaian dengan angkutan umum, dan tegas bukan untuk kendaraan pribadi. Kehadiran kendaraan pribadi akan membawa konsekuensi-konsekuensi yang bertentangan dengan tujuan sosial dan ekologis dari ruang terbuka hijau itu sendiri. Dapat juga ruang terbuka hijau di antaranya berbagai lingkungan permukiman/rumah dan lainnya (misalnya perkantoran) sekaligus merangkap sebagai titik simpul angkutan umum.

Selanjutnya rancangan ruang terbuka hijau itu—yaitu jenis tanamannya, fasilitas yang tersedia, bahan dan komposisi antara perkerasan dan rerumputan hijau, dan lain-lain—disesuaikan dengan kinerja sosial dan lokasinya tersebut.

Sedangkan fungsi ekologis seharusnya mewarnai seluruh ruang terbuka hijau di semua kota kita, karena pada dasarnya semua kota kita, bukan hanya Jakarta, sedang menempuh jalan yang menghancurkan ekologi dan karena itu perlu dibalikkan arahnya, antara lain dengan ruang terbuka hijau. (Ada banyak hal lain dan lebih mendasar yang harus dilakukan juga).

Kinerja ekologis ini adalah: penyerapan air, penyerapan polusi udara, dan mungkin sekali pengolahan sampah. Untuk menyerap air, ruang terbuka hijau harus digemburkan, atau dan mengandung pasir yang cukup dibandingkan dengan lempung. Kalau hal itu tidak mungkin, maka perlu ada sumur, kolam atau danau buatan (tergantung luasnya) yang di dasarnya disambungkan dengan pipa-pipa ke lapisan pasir yang menyerap air. Komposisi tanaman besar dan kecil perlu memperhitungkan keperluan tersebut juga. Pohon besar dengan akar yang banyak akan membantu penggemburan tanah. Untuk menyerap polusi udara pun, komposisi tanaman dapat mempengaruhi kinerjanya. Khusus untuk menampung (sementara) dan menyerapkan air (kemudian) di kota-kota yang sangat rawan banjir seperti Jakarta, satu gagasan perlu dipertimbangkan: manfaatkan semua ruang yang tidak fungsional sejauh ini, misalnya sebagian kolong jalan layang yang Nampak kosong.

Dijahit oleh UU ruangmenataplangit
Refrensi: Komazine.blogspot.com - bacaditaman.blogspot.com-mkusumawijaya.wordpress.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar