#JANBAR 2 (R T H)
28 November 2015
Rupanya langit malam
masih berselimut polusi sisa senja yang menepi pada kesenyapan
pergantian waktu . JANBAR
hujan bubar baca-baca di taman malam ini cuaca cerah . cuaca mendukung bro untuk mengelar baca-baca di taman .
Sejarahnya taman menteng ini merupakan stadion yang
bersejarah di Jakarta tempat markas klub
sepak bola di Jakarta, tetapi sekarang telah berubah fungsi menjadi taman kota
yang telah diresmikan pada tahun 2007 yang telah berlalu oleh Gubernur Jakarta
pada waktu itu Sutiyoso.
Memang berat
pilihannya seperti buah simalakama kalau
dimakan Ibu mati kalau tak dimakan Bapak yang mati. Pada waktu itu di satu sisi
Jakarta membutuhkan taman kota yang berfungsi sebagai faktor penyeimbang berupa
daerah terbuka hijau melalui pohon-pohon yang hidup di dalamnya, akan tetapi
Jakarta juga butuh sarana lapangan sepak bola, hampir bisa dipastikan bagi kita
yang ingin bermain sepak bola lapangan akan kesulitan menemukan lapangan di
Jakarta.
Ruang
terbuka hijau di Jakarta merupaka oase bro. Ruang terbuka hijau salah satunya
taman yang berfungsi secara sosial dan ekologis.
RTH Untuk
fungsi sosial, ruang terbuka hijau perlu memiliki hirarki: untuk lingkungan
ketetanggaan, di tengah-tengah lingkungan perumahan; untuk lingkungan lebih
luas di antara beberapa lingkungan perumahan; untuk lingkungan lebih luas di
antara berbagai fungsi perkotaan seperti perkantoran, sekolah, dan lain-lain;
dan untuk keseluruhan kota tempat orang merayakan dan merasakan diri sebagai
anggota suatu masyarakat perkotaan.
Distribusi
ruang terbuka hijau juga penting memperhatikan keperluan untuk keselamatan dari
bencana. Ketika gempa, orang perlu keluar dan menjauh dari bangunan-bangunan
agar tidak tertimpa serpihan kaca atau bagian bangunan lain yang jatuh. Untuk
soal ini sebenarnya agak mengerikan membayangkan Jalan Thamrin-Sudirman dan
Rasuna Said di Jakarta, yang sama sekali tidak memiliki ruang terbuka yang
cukup luas dan pada jarak aman dari kemungkinan terkena jatuhnya serpihan dari
bangunan-bangunan tinggi di sana. Melarikan diri ke ruang jalan adalah suatu
tindakan yang berbahaya, karena dalam keadaan panik gempa misalnya, maka lalu
lintas pun akan mengalami kekacauan yang berbahaya.
Terkait
dengan lokasi , ada keharusan kemudahan mencapai ruang terbuka hijau. Untuk di lingkungan
perumahan, ia harus dapat dengan mudah, nyaman dan aman dicapai dengan berjalan
kaki, mungkin juga dengan sepatu roda, bersepeda dan kereta bayi. Misalnya
dalam lima menit. Untuk yang antar-lingkungan perumahan dan fungsi lain,
alangkah baik bila dapat dicapai dengan jalan kaki juga dan/atau sepeda,
misalnya dalam sepuluh menit. Untuk yang lain, harus ada kemudahan pencapaian
dengan angkutan umum, dan tegas bukan untuk kendaraan pribadi. Kehadiran
kendaraan pribadi akan membawa konsekuensi-konsekuensi yang bertentangan dengan
tujuan sosial dan ekologis dari ruang terbuka hijau itu sendiri. Dapat juga
ruang terbuka hijau di antaranya berbagai lingkungan permukiman/rumah dan
lainnya (misalnya perkantoran) sekaligus merangkap sebagai titik simpul
angkutan umum.
Selanjutnya
rancangan ruang terbuka hijau itu—yaitu jenis tanamannya, fasilitas yang
tersedia, bahan dan komposisi antara perkerasan dan rerumputan hijau, dan
lain-lain—disesuaikan dengan kinerja sosial dan lokasinya tersebut.
Sedangkan
fungsi ekologis seharusnya mewarnai seluruh ruang terbuka hijau di semua kota
kita, karena pada dasarnya semua kota kita, bukan hanya Jakarta, sedang
menempuh jalan yang menghancurkan ekologi dan karena itu perlu dibalikkan
arahnya, antara lain dengan ruang terbuka hijau. (Ada banyak hal lain dan lebih
mendasar yang harus dilakukan juga).
Kinerja
ekologis ini adalah: penyerapan air, penyerapan polusi udara, dan mungkin
sekali pengolahan sampah. Untuk menyerap air, ruang terbuka hijau harus
digemburkan, atau dan mengandung pasir yang cukup dibandingkan dengan lempung.
Kalau hal itu tidak mungkin, maka perlu ada sumur, kolam atau danau buatan
(tergantung luasnya) yang di dasarnya disambungkan dengan pipa-pipa ke lapisan
pasir yang menyerap air. Komposisi tanaman besar dan kecil perlu
memperhitungkan keperluan tersebut juga. Pohon besar dengan akar yang banyak
akan membantu penggemburan tanah. Untuk menyerap polusi udara pun, komposisi
tanaman dapat mempengaruhi kinerjanya. Khusus untuk menampung (sementara) dan
menyerapkan air (kemudian) di kota-kota yang sangat rawan banjir seperti
Jakarta, satu gagasan perlu dipertimbangkan: manfaatkan semua ruang yang tidak
fungsional sejauh ini, misalnya sebagian kolong jalan layang yang Nampak kosong.
Dijahit oleh UU ruangmenataplangit
Refrensi: Komazine.blogspot.com -
bacaditaman.blogspot.com-mkusumawijaya.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar