Selasa, 23 September 2014

Baca-Baca di Taman 20 September 2014 (Oh My September I)


Salam dan Bahagia, ketemu Sabtu lagi di bulan September yang katanya ceria seperti lagunya Vina Panduwinata. Tapi terlihat tak terlalu ceria-ceria banget malahan Jakarta menampakkan kegundahannya cuaca Sabtu ini yang mendung dan turun hujan saat sore menjelang senja berjumpa dengan malam hari.
KBBT 'Komunitas Baca-Baca di Taman' 20 september 2014


Kalau saat sore hari , air sudah tumpah membasahi bumi cukup deras kemungkinan malam ini tak akan turun lagi hujan dan baca-baca di taman akan berjalan dengan lancar dan sesaat menatap langit dengan cerah kembali setelah meneteskan air dengan derasnya membasahi tanah yang terlalu gersang karena hari-hari sebelumnya sinar mentari terik bersinar.


Setelah hujan reda dan tentunya siap-siap berangkat ke taman menteng walau masih sore tapi untuk berangkat bedah buku di acara pameran foto di rumah kaca dan berjumpa dengan kawan-kawan pelukis cahaya, tapi memang telat karena cuaca tak memungkinkan kita menembus derasnya hujan, takut buku-buku yang kami bawa basah terkena air. Bau tanah yang basah harum sekali sudah lama tak mencium bau seperti itu. Hujan dan mungkin berharap ada pelangi tapi mungkin akan tergenangnya jalanan hoohoo.. beruntung saja cuman sebentar dan ini adalah akhir pekan sehingga jalanan agak tak seramai hari yang kemarin. Sepertinya September ini terlalu panas dan hujan tak kunjung turun seperti tahun kemarin tapi untuk akhir pecan ini September benar-benar seperti bulan yang berakhiran ber.. seperti Oktober, November dan Desember yang seperti biasanya hujan ber..


Selamat menikmati akhir kemarau September bulan awal musim penghujaan. Sambil menatap langit dan di temani obrolan ringan dengan teman-taman di taman ini, jadi tak terasa waktu berjalan cepat. Hari sudah larut malam waktunya menutup baca-baca di taman sampai ketemu sambtu depan 27 september 2014 di depan rumah kaca. Bawa buku , buka dan baca di taman …MAU PINTAR KENAPA MUSTI BAYAR!!


U u ruangmenatap langit




Selasa, 16 September 2014

Menjalin Perkawanan Karena Buku


Ada yang sedikit berbeda di sabtu siang ini cuacanya panas sekali, ya..  mungkin sudah biasa sekali untuk masyarakat Jakarta yang disibukkan rutinitas harian mereka selalu berjibaku menembus teriknya siang hari Ibukota mungkin lebih dari 32 Celsius dan mungkin juga memanasnya cuaca di Jakarta gara-gara hawa panas dari gunung Selamet yang sekarang sedang bergejolak ingin mengeluarkan isi perut bumi yang sudah enggak bisa di tahan si Selamet, bagaimana si Selamet enggak panas, keadaan di atas aja lagi panas (kondisi pemerintahan) ya sudahlah hati boleh panas tetapi kepala harus tetap dingin, biar bisa berfikir jernih enggak mudah diprovokasi. Berkendara dengan sepeda motor mungkin sudah menjadi kendaraan favorit diperkotaan bahkan mungkin juga diperkampungan & di pedesaan, bagaimana tidak menjadi kendaraan favorit jika transportasi umumnya tidak terurus dengan baik.


Agenda KBBT untuk sabtu ini bukan hanya agenda rutinan buka bacaan di taman menteng, sabtu kedua dibulan September ini ada yang special, menghadiri undangan perayaan kecil-kacilan dari kawan Teddy & istrinya Maesy untuk peluncuran buku pertama mereka The Dusty sneakers: Kisah Kawan di Ujung Sana, di kios buku mereka POST SANTA di Pasar Santa, ada atmosfer berbeda disana (Pasar Santa) dimana posisi pasar di lantai bawah pasar tradisional untuk kegiatan roda perekonomian kelas menengah kebawah dan dilantai atas tetap dengan bentuk kios tradisional tetapi sedikit diubah atau dipoles dengan sentuhan modern menjadi tempat berkumpul (tetapi tetap ada kegiatan ekonomi) melepaskan kepenatan rutinitas di ibukota untuk kalangan kelas menengah keatas, ya tentunya orientasinya bukan lagi mencari profit, laba atau nilai lebih dari usaha mereka tetapi hanya mencari kepuasan batin. Eits bukan Cuma sampai disitu masih ada beberapa agenda yang harus dipenuhi, undangan diskusi Marxis Kekinian Antara Teks & Image di Goethe tetapi enggak bisa hadir karena bertemu dengan kawan dan mengambil Jimbe yang setia menemani kami (KBBT) saat berdendang melepaskan kepenatan ditengah kota.
Malam itu taman menteng masih tetap sama, kondisi lalulintas didepanya tetap sedikit padat walaupun sudah menjelang malam dan pencahayaan dirumah kaca terlalu terang untuk pengunjung taman Menteng, tetapi ada yang sedikit berbeda dimalam itu sudah ada beberapa pengunjung taman yang menunggu kami menggelar lapak bacaan didepan rumah kaca (maklum agak terlambat dari jadwal ditentukan 19.35 WIB), ada dua orang bocah yang datang untuk belajar bermain jimbe dan ada kunjungan dari Komunitas Suka Membaca dari Manokwari sebuah kota di pulau Papua (yang dulu pulaunya bernama Irian Jaya yang berarti Ikut Republik Indonesia Anti Nedherland & Jaya berarti Kemenangan) yang kebetulan sedang ada agenda acara di Jakarta. Menjelang tengah malam kawan Teddy salah satu pemilik kios buku POST SANTA menyisihkan waktu untuk datang bersama beberapa kawan (padahal kondisinya pasti masih capek setelah acara peluncuran buku dipasar Santa), yaaa inilah yang disebut menjalin persatuan dan mempererat persaudaraan walaupun hanya baru lewat buku, musik dan hoby yang lain, ya enggak masalah namanya juga proses, ternyata karena buku dapat terjalin perkawanan mungkin juga persaudaraan. Jadi ingat ucapan bapak tukang parkir di depan rumah kaca saat kurang bayar parkiran di ganti sama rokok kretek (sudah rokoknya bawa aja, demi persaudaraan) kami sambut dengan senyum lebar dan ucapan trima kasih. Menjalin Persatuan, Mempererat Persaudaraan .



Agoes ruangmenataplangit

Kamis, 11 September 2014

2 Tahun Baca-Baca di Taman

"Bila engkau melihat anak bangsa, lihatlah sebagai mawar. Jika engkau meilhat mawar, janganlah kau pandang durinya, sebab jika engkau pandang durinya, engkau akan membayangkan tempat sampah dan lubang pembakarannya. Maka lihatlah mawarnya dan jika engkau melihat mawarnya maka engkau akan menjadi penjaga taman"

~ Ki Hajjar Dewantara

Mempererat Persatuan ,Melekatkan Tali Persaudaraan 2 Tahun BACA-BACA di Taman
"KBBT" (komunitas baca-baca di taman)


http://www.youtube.com/watch?v=nK4rSZ8sUIo&feature=youtu.be





kolektif media KBBT-komazine


Rabu, 03 September 2014

Baca-Baca di Taman Penghujung Bulan Agustus 2014

Tak terasa sudah hampir melewati penghujung bulan Agustus. Baca-baca asyik di taman duduk bangku taman di depan rumah kaca yang terang benerang mendukung kegiatan kami setiap sabtu malam minggu. Taman menteng sekarang lampu tamannya sebagian besar telah menyala jadi tak seperti kemarin-kemarin yang menampakan keremangan di saat malam tiba.

Baca-baca di taman mala mini di hibur dari kawan puisi akustik Wiro & Tata, the altair dan tak lupa akustikan KBBT yang selalu saja berdendang penuh teriakan spontanitas memecahkan hembusan angin malam yang menusuk sampai ke tulang, oh ya ada seorang pemain biola yang ingin menghibur anggota termuda komunitas baca-baca di taman yang tertidur lelap karena hari telah larut malam di tertidur panggkuan Ibunya.

Malam ini selain akustikan ada BIR (bincang ringan) juga yang membahas tentang problem yang dari tahun ketahun alasan pemerintah menaikan BBM. Kenaikan harga BBM yang mengekor pada mekanisme pasar, BBM naik akan berdampak langsung pada ekonomi rakyat yang berefek domino karena ketika harga BBM naik otomatis semua akan naik. Pemerintahan dari orde baru sampai sekarang selalu saja dengan alasan sama menyesuaikan harga internasional akan tetapi indosnesia inia adalah kaya sumber daya alam termasuk minyak bumi yang terkandung di dalam bumi Indonesia ini. Logika pemerintah di sebuah stasiun televisi logika kenaikan BBM di Indonesia lebih murah dari pada di Singapura dan Inggris lah iya Negara mereka maju dan makmur dari hasil menghisap sumber daya alam Negara lain, yap’s comntohnya Indonesia yang  terkena dampaknya untuk menanggung penderitaanya dengan kenaikan harga BBM dan berlanjut dengan kenaikan yang lainya, karena semua pakai BBM.

Dalih pertama: bahwa kenaikan harga BBM tidak terhindarkan untuk mengurangi beban subsidi BBM terhadap APBN. Para pengusung kebijakan ini menuding subsidi BBM sebagai biang kerok jebolnya alias defisit APBN. Yang dilupakan, subsidi BBM bukan satu-satunya pos belanja di APBN. Ironisnya lagi, ada pos belanja yang sangat boros dan merugikan negara yang tidak pernah disentuh: pertama, belanja rutin birokrasi, termasuk gaji pegawai, yang cukup tinggi; dan kedua, pembayaran cicilan dan bunga utang luar negeri.

Taruhlah soal pembayaran utang. Di APBN 2015 ini porsi pembayaran bunga utang mencapai Rp154 triliun atau hampir 8% dari total belanja APBN kita. Dan untuk diketahui, sepanjang tahun 2005-2011, porsi pembayaran utang mencapai Rp 1.323,8 triliun.

Tolak kenaikan BBM dengan membangun industry nasional atau kembali kepadaPasal 33 UUD 45. Menaikkan harga BBM mengikuti gejolak harga minyak dunia merupakan pelanggaran Pasal 33 UUD 1945 yang mengatur soal tujuan sumber daya alam, yaitu sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Harga buku boleh mahal tapi harga BBM tak boleh naik
Mau pintar kenapa musti bayar bulan depan tepat satu September baca-baca di taman sudah genap dua tahun berjalan tak terasa menjalankanya dengan kebersamaan dan suka cita.


Kolektif media komazine-KBBT