Rabu, 03 September 2014

Baca-Baca di Taman Penghujung Bulan Agustus 2014

Tak terasa sudah hampir melewati penghujung bulan Agustus. Baca-baca asyik di taman duduk bangku taman di depan rumah kaca yang terang benerang mendukung kegiatan kami setiap sabtu malam minggu. Taman menteng sekarang lampu tamannya sebagian besar telah menyala jadi tak seperti kemarin-kemarin yang menampakan keremangan di saat malam tiba.

Baca-baca di taman mala mini di hibur dari kawan puisi akustik Wiro & Tata, the altair dan tak lupa akustikan KBBT yang selalu saja berdendang penuh teriakan spontanitas memecahkan hembusan angin malam yang menusuk sampai ke tulang, oh ya ada seorang pemain biola yang ingin menghibur anggota termuda komunitas baca-baca di taman yang tertidur lelap karena hari telah larut malam di tertidur panggkuan Ibunya.

Malam ini selain akustikan ada BIR (bincang ringan) juga yang membahas tentang problem yang dari tahun ketahun alasan pemerintah menaikan BBM. Kenaikan harga BBM yang mengekor pada mekanisme pasar, BBM naik akan berdampak langsung pada ekonomi rakyat yang berefek domino karena ketika harga BBM naik otomatis semua akan naik. Pemerintahan dari orde baru sampai sekarang selalu saja dengan alasan sama menyesuaikan harga internasional akan tetapi indosnesia inia adalah kaya sumber daya alam termasuk minyak bumi yang terkandung di dalam bumi Indonesia ini. Logika pemerintah di sebuah stasiun televisi logika kenaikan BBM di Indonesia lebih murah dari pada di Singapura dan Inggris lah iya Negara mereka maju dan makmur dari hasil menghisap sumber daya alam Negara lain, yap’s comntohnya Indonesia yang  terkena dampaknya untuk menanggung penderitaanya dengan kenaikan harga BBM dan berlanjut dengan kenaikan yang lainya, karena semua pakai BBM.

Dalih pertama: bahwa kenaikan harga BBM tidak terhindarkan untuk mengurangi beban subsidi BBM terhadap APBN. Para pengusung kebijakan ini menuding subsidi BBM sebagai biang kerok jebolnya alias defisit APBN. Yang dilupakan, subsidi BBM bukan satu-satunya pos belanja di APBN. Ironisnya lagi, ada pos belanja yang sangat boros dan merugikan negara yang tidak pernah disentuh: pertama, belanja rutin birokrasi, termasuk gaji pegawai, yang cukup tinggi; dan kedua, pembayaran cicilan dan bunga utang luar negeri.

Taruhlah soal pembayaran utang. Di APBN 2015 ini porsi pembayaran bunga utang mencapai Rp154 triliun atau hampir 8% dari total belanja APBN kita. Dan untuk diketahui, sepanjang tahun 2005-2011, porsi pembayaran utang mencapai Rp 1.323,8 triliun.

Tolak kenaikan BBM dengan membangun industry nasional atau kembali kepadaPasal 33 UUD 45. Menaikkan harga BBM mengikuti gejolak harga minyak dunia merupakan pelanggaran Pasal 33 UUD 1945 yang mengatur soal tujuan sumber daya alam, yaitu sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Harga buku boleh mahal tapi harga BBM tak boleh naik
Mau pintar kenapa musti bayar bulan depan tepat satu September baca-baca di taman sudah genap dua tahun berjalan tak terasa menjalankanya dengan kebersamaan dan suka cita.


Kolektif media komazine-KBBT



Tidak ada komentar:

Posting Komentar