Jumat, 05 Juni 2015

ungkapan

Penggunaan ungkapan dalam kalimat sangatlah jarang ditemui saat ini. Hal ini dikarenakan sudah banyak orang yang tidak menyukai mempelajari ungkapan. Tentu, ini sangat miris. Sementara orang luar sedang rajin mempelajari tentang kebudayaan dan bahasa kita. Sementara kita sendiri tidak mau mempelajarinya. Ungkapan dalam kalimat bisa membuat sebuah kalimat menjadi lebih dalam dan bermakna. Sebab, ungkapan sendiri sudah dipenuhi oleh makna. Sementara jika disisipkan ungkapan tersebut dalam kalimat akan menciptakan efek tersirat yang cantik. Semisal ungkapan yang “tulisanmu bagus seperti ceker ayam”. Sepintas memang seakan kalimat biasa. Tapi setelah dicermati, ternyata berarti tulisan yang buruk sekali. Tentu, bagi mereka yang belum memiliki kesadaran berbahasa yang baik, kalimat yang mengandung ungkapan ini akan sulit sekali untuk dicerna. Sementara bagi yang sudah sering membaca dan familiar dengan ungkapan ini akan langsung paham makna ungkapan ini adalah sindiran terhadap pihak yang menuliskan ungkapan ini. Jadi, agar familiar dengan ungkapan, perlu banyak membaca dan mengetahui kosakata yang dipadankan menjadi ungkapan.

Ungkapan adalah gabungan dua kata atau lebih yang digunakan seseorang dalam situasi tertentu untuk mengkiaskan suatu hal. Ungkapan terbentuk dari gabungan dua kata atau lebih. Gabungan kata ini jika tidak ada konteks yang menyertainya memiliki dua kemungkinan makna, yaitu makna sebenarnya (denotasi) dan makna tidak sebenarnya (makna kias atau konotasi). Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah gabungan kata itu termasuk ungkapan atau tidak, harus ada konteks kalimat yang menyertainya. Untuk lebih jelasnya kita ambil sebuah contoh
Membanting tulang
Gabungan kata di atas tidak dapat langsung kita katakan termasuk ungkapan. Hal ini dikarenakan konteks kalimat yang menyertai gabungan kata tersebut belum jelas. Gabungan kata di atas masih mempunyai dua kemungkinan makna sesuai konteks kalimatnya.
1.     Andi membanting tulang di sampingnya sebagai luapan kemarahannya.
2.     Andi membanting tulang untuk menghidupi keluarganya.

Dua kalimat di atas memberikan konteks (situasi) pada gabungan kata “membanting tulang.” Kalimat (a) membantuk makna denotasi atau makna sebenarnya pada gabungan kata “membanting tulang.” Makna denotasi tersbut adalah kegiatan membanting tulang. Kalimat (b) membentuk makna konotasi atau makna kias pada kata “membanting tulang.” Makna kias tersebut adalah bekerja keras. Makna kedua inilah membuat gabungan kata di atas disebut ungkapan.
Berikut adalah contoh ungkapan :
·         banting tulang : kerja keras
·         gulung tikar : bangkrut
·         angkat kaki : pergi
·         naik pitam : marah
·         buah bibir : topik pembicaraan
·         angkat tangan : menyerah
·         meja hijau : pengadilan
·         buah tangan : oleh-oleh
·         kutu buku : orang yg suka baca buku
·         kepala dingin : tenang
·         jago merah : api kebakaran
·         bunga tidur : mimpi
·         bunga desa : gadis desa
·         panjang tangan : suka mencuri
·         tinggi hati : sombong
Contoh kalimat dengan:
1.     Mereka sudah banyak makan garam dalam hal itu. (banyak pengalaman)
2.     Hati-hati terhadapnya, ia terkenal si panjang tangan. (suka mencuri)
3.     Jeng Sri memang tinggi hati.(sombong)
4.     Karena ucapan orang itu, Waluyo naik darah.(marah)
5.     Itulah akibatnya kalau menjadi anak yang berkepala batu. (tidak mau menurut)
6.     Hati-hati terhadap orang yang besar mulut itu. (suka membual)
7.     Merah telinganya ketika ia dituduh sebagai koruptor. (marah)
8.     Karena gelap mata, dia mengamuk di kantor. (hilang kesabaran)
9.     Lebih baik berputih tulang daripada hidup menanggung malu seperti ini. (mati)
10. Ketika kutinggalkan dulu engkau masih merah, sekarang sudah seorang jejaka. (masih bayi)
11. Selama pertandingan sepak bola itu, benar-benar dia menjadi bintang lapangan. (pemain yang baik)
12. Pidatonya digaraminya dengan lelucon sehingga menarik para pendengarnya. (dibumbui; dihiasi)
13. Lagi-lagi aku yang dikambing hitamkan bila timbul keributan di kelas. (orang yang dipersalahkan)
14. Maaf, aku tak sudi kaujadikan aku sebagai kuda tunggangmu. (kausuruh-suruh untuk kepentinganmu)
15. Kalau rasa permusuhan itu tidak dicabut sampai akar-akarnya, hubungan kalian tak pernah baik. (dihilangkan benar-benar)
16. “Gema Tanah Air” sebuah bunga rampai yang disusun oleh H.B. Jassin. (buku yang berisi kumpulan karangan beberapa orang)
17. Kalau bekerja dengan setengah hati, hasilnya kurang memuaskan.(tidak sungguh-sungguh)

dijahit: uu _ruangmenataplangit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar