Penggunaan ungkapan dalam
kalimat sangatlah
jarang ditemui saat ini. Hal ini dikarenakan sudah banyak orang yang tidak
menyukai mempelajari ungkapan. Tentu, ini sangat miris. Sementara orang luar
sedang rajin mempelajari tentang kebudayaan dan bahasa kita. Sementara kita
sendiri tidak mau mempelajarinya. Ungkapan dalam kalimat bisa membuat sebuah
kalimat menjadi lebih dalam dan bermakna. Sebab, ungkapan sendiri sudah
dipenuhi oleh makna. Sementara jika disisipkan ungkapan tersebut dalam kalimat
akan menciptakan efek tersirat yang cantik. Semisal ungkapan yang “tulisanmu
bagus seperti ceker ayam”. Sepintas memang seakan kalimat biasa. Tapi setelah
dicermati, ternyata berarti tulisan yang buruk sekali. Tentu, bagi mereka yang
belum memiliki kesadaran berbahasa yang baik, kalimat yang mengandung ungkapan
ini akan sulit sekali untuk dicerna. Sementara bagi yang sudah sering membaca
dan familiar dengan ungkapan ini akan langsung paham makna ungkapan ini adalah
sindiran terhadap pihak yang menuliskan ungkapan ini. Jadi, agar familiar
dengan ungkapan, perlu banyak membaca dan mengetahui kosakata yang dipadankan
menjadi ungkapan.
Ungkapan adalah gabungan dua kata atau lebih
yang digunakan seseorang dalam situasi tertentu untuk mengkiaskan suatu hal.
Ungkapan terbentuk dari gabungan dua kata atau lebih. Gabungan kata ini jika
tidak ada konteks yang menyertainya memiliki dua kemungkinan makna, yaitu makna
sebenarnya (denotasi) dan makna tidak sebenarnya (makna kias atau konotasi).
Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah gabungan kata itu termasuk ungkapan
atau tidak, harus ada konteks kalimat yang menyertainya. Untuk lebih jelasnya
kita ambil sebuah contoh
Membanting tulang
Gabungan kata di atas tidak dapat langsung
kita katakan termasuk ungkapan. Hal ini dikarenakan konteks kalimat yang
menyertai gabungan kata tersebut belum jelas. Gabungan kata di atas masih
mempunyai dua kemungkinan makna sesuai konteks kalimatnya.
1.
Andi membanting tulang
di sampingnya sebagai luapan kemarahannya.
2.
Andi membanting tulang
untuk menghidupi keluarganya.
Dua kalimat di atas memberikan konteks
(situasi) pada gabungan kata “membanting tulang.” Kalimat (a) membantuk makna
denotasi atau makna sebenarnya pada gabungan kata “membanting tulang.” Makna
denotasi tersbut adalah kegiatan membanting tulang. Kalimat (b) membentuk makna
konotasi atau makna kias pada kata “membanting tulang.” Makna kias tersebut
adalah bekerja keras. Makna kedua inilah membuat gabungan kata di atas disebut
ungkapan.
Berikut adalah contoh ungkapan :
·
banting tulang :
kerja keras
·
gulung tikar :
bangkrut
·
angkat kaki :
pergi
·
naik pitam :
marah
·
buah bibir :
topik pembicaraan
·
angkat tangan :
menyerah
·
meja hijau :
pengadilan
·
buah tangan :
oleh-oleh
·
kutu buku : orang
yg suka baca buku
·
kepala dingin :
tenang
·
jago merah : api
kebakaran
·
bunga tidur :
mimpi
·
bunga desa :
gadis desa
·
panjang tangan :
suka mencuri
·
tinggi hati :
sombong
Contoh kalimat dengan:
1.
Mereka sudah banyak
makan garam dalam hal itu. (banyak pengalaman)
2.
Hati-hati terhadapnya,
ia terkenal si panjang tangan. (suka mencuri)
3.
Jeng Sri memang tinggi
hati.(sombong)
4.
Karena ucapan orang
itu, Waluyo naik darah.(marah)
5.
Itulah akibatnya kalau
menjadi anak yang berkepala batu. (tidak mau menurut)
6.
Hati-hati terhadap
orang yang besar mulut itu. (suka membual)
7.
Merah telinganya
ketika ia dituduh sebagai koruptor. (marah)
8.
Karena gelap mata, dia
mengamuk di kantor. (hilang kesabaran)
9.
Lebih baik berputih
tulang daripada hidup menanggung malu seperti ini. (mati)
10.
Ketika kutinggalkan
dulu engkau masih merah, sekarang sudah seorang jejaka. (masih bayi)
11.
Selama pertandingan
sepak bola itu, benar-benar dia menjadi bintang lapangan. (pemain yang baik)
12.
Pidatonya digaraminya
dengan lelucon sehingga menarik para pendengarnya. (dibumbui; dihiasi)
13.
Lagi-lagi aku yang
dikambing hitamkan bila timbul keributan di kelas. (orang yang dipersalahkan)
14.
Maaf, aku tak sudi
kaujadikan aku sebagai kuda tunggangmu. (kausuruh-suruh untuk kepentinganmu)
15.
Kalau rasa permusuhan
itu tidak dicabut sampai akar-akarnya, hubungan kalian tak pernah baik.
(dihilangkan benar-benar)
16.
“Gema Tanah Air”
sebuah bunga rampai yang disusun oleh H.B. Jassin. (buku yang berisi kumpulan
karangan beberapa orang)
17.
Kalau bekerja dengan
setengah hati, hasilnya kurang memuaskan.(tidak sungguh-sungguh)
dijahit: uu _ruangmenataplangit
Penggunaan ungkapan dalam
kalimat sangatlah
jarang ditemui saat ini. Hal ini dikarenakan sudah banyak orang yang tidak
menyukai mempelajari ungkapan. Tentu, ini sangat miris. Sementara orang luar
sedang rajin mempelajari tentang kebudayaan dan bahasa kita. Sementara kita
sendiri tidak mau mempelajarinya. Ungkapan dalam kalimat bisa membuat sebuah
kalimat menjadi lebih dalam dan bermakna. Sebab, ungkapan sendiri sudah
dipenuhi oleh makna. Sementara jika disisipkan ungkapan tersebut dalam kalimat
akan menciptakan efek tersirat yang cantik. Semisal ungkapan yang “tulisanmu
bagus seperti ceker ayam”. Sepintas memang seakan kalimat biasa. Tapi setelah
dicermati, ternyata berarti tulisan yang buruk sekali. Tentu, bagi mereka yang
belum memiliki kesadaran berbahasa yang baik, kalimat yang mengandung ungkapan
ini akan sulit sekali untuk dicerna. Sementara bagi yang sudah sering membaca
dan familiar dengan ungkapan ini akan langsung paham makna ungkapan ini adalah
sindiran terhadap pihak yang menuliskan ungkapan ini. Jadi, agar familiar
dengan ungkapan, perlu banyak membaca dan mengetahui kosakata yang dipadankan
menjadi ungkapan.
Ungkapan adalah gabungan dua kata atau lebih
yang digunakan seseorang dalam situasi tertentu untuk mengkiaskan suatu hal.
Ungkapan terbentuk dari gabungan dua kata atau lebih. Gabungan kata ini jika
tidak ada konteks yang menyertainya memiliki dua kemungkinan makna, yaitu makna
sebenarnya (denotasi) dan makna tidak sebenarnya (makna kias atau konotasi).
Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah gabungan kata itu termasuk ungkapan
atau tidak, harus ada konteks kalimat yang menyertainya. Untuk lebih jelasnya
kita ambil sebuah contoh
Membanting tulang
Gabungan kata di atas tidak dapat langsung
kita katakan termasuk ungkapan. Hal ini dikarenakan konteks kalimat yang
menyertai gabungan kata tersebut belum jelas. Gabungan kata di atas masih
mempunyai dua kemungkinan makna sesuai konteks kalimatnya.
1.
Andi membanting tulang
di sampingnya sebagai luapan kemarahannya.
2.
Andi membanting tulang
untuk menghidupi keluarganya.
Dua kalimat di atas memberikan konteks
(situasi) pada gabungan kata “membanting tulang.” Kalimat (a) membantuk makna
denotasi atau makna sebenarnya pada gabungan kata “membanting tulang.” Makna
denotasi tersbut adalah kegiatan membanting tulang. Kalimat (b) membentuk makna
konotasi atau makna kias pada kata “membanting tulang.” Makna kias tersebut
adalah bekerja keras. Makna kedua inilah membuat gabungan kata di atas disebut
ungkapan.
Berikut adalah contoh ungkapan :
·
banting tulang :
kerja keras
·
gulung tikar :
bangkrut
·
angkat kaki :
pergi
·
naik pitam :
marah
·
buah bibir :
topik pembicaraan
·
angkat tangan :
menyerah
·
meja hijau :
pengadilan
·
buah tangan :
oleh-oleh
·
kutu buku : orang
yg suka baca buku
·
kepala dingin :
tenang
·
jago merah : api
kebakaran
·
bunga tidur :
mimpi
·
bunga desa :
gadis desa
·
panjang tangan :
suka mencuri
·
tinggi hati :
sombong
Contoh kalimat dengan:
1.
Mereka sudah banyak
makan garam dalam hal itu. (banyak pengalaman)
2.
Hati-hati terhadapnya,
ia terkenal si panjang tangan. (suka mencuri)
3.
Jeng Sri memang tinggi
hati.(sombong)
4.
Karena ucapan orang
itu, Waluyo naik darah.(marah)
5.
Itulah akibatnya kalau
menjadi anak yang berkepala batu. (tidak mau menurut)
6.
Hati-hati terhadap
orang yang besar mulut itu. (suka membual)
7.
Merah telinganya
ketika ia dituduh sebagai koruptor. (marah)
8.
Karena gelap mata, dia
mengamuk di kantor. (hilang kesabaran)
9.
Lebih baik berputih
tulang daripada hidup menanggung malu seperti ini. (mati)
10.
Ketika kutinggalkan
dulu engkau masih merah, sekarang sudah seorang jejaka. (masih bayi)
11.
Selama pertandingan
sepak bola itu, benar-benar dia menjadi bintang lapangan. (pemain yang baik)
12.
Pidatonya digaraminya
dengan lelucon sehingga menarik para pendengarnya. (dibumbui; dihiasi)
13.
Lagi-lagi aku yang
dikambing hitamkan bila timbul keributan di kelas. (orang yang dipersalahkan)
14.
Maaf, aku tak sudi
kaujadikan aku sebagai kuda tunggangmu. (kausuruh-suruh untuk kepentinganmu)
15.
Kalau rasa permusuhan
itu tidak dicabut sampai akar-akarnya, hubungan kalian tak pernah baik.
(dihilangkan benar-benar)
16.
“Gema Tanah Air”
sebuah bunga rampai yang disusun oleh H.B. Jassin. (buku yang berisi kumpulan
karangan beberapa orang)
17.
Kalau bekerja dengan
setengah hati, hasilnya kurang memuaskan.(tidak sungguh-sungguh)
dijahit: uu _ruangmenataplangit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar