Selamat malam ketemu lagi di
baca-baca di taman setelah libur dua minggu menyambut hari raya Idhul Fitri.
Kudeta (kumpul dengan teman) di bulan Agustus, Jakarta hari ini masih sedikit
agak sepi aktifitas belum berjalan seperti biasanya. Baca-baca di taman di hari
sabtu malam minggu merupakan tempat bersilahturahmi apa lagi setelah libur yang
tak terlalu panjang ini.
Menatap langit malam di taman
menteng yang merupakan seperti sebuah oase di tengah kota Jakarta yang semakin
penuh sesak dengan bangunan yang menutup ruang untuk menatap luasnya
langit.lalu linta di sekitaran yang ramai tapi lancar memang terlalu hiruk
pikuk. Tapi di taman ini, sepertinya memang di antar untuk menikmati ruang
terbuka hijau yang memberi udara segar dari polusi buangan kendaraan bermotor
yang semakin menyesakkan udara. Udara segar, pepohonan, suara burung, kerumunan
orang berkumpul sambil bersantai menikmati suasana taman seakan menjadi jeda
dari riuhnya dan semerawudnya lalu lintas .
Rumah kaca sebagai penanda kota
Taman Menteng berada di Jalan HOS
Cokroaminoto. Taman Menteng memiliki luas 24.546 m2 dibatasi Jalan Prof. Moh.
Yamin di sebelah utara, Jalan Situbondo di sebelah selatan, Jalan Kediri di
sebelah timur, dan Jalan HOS Cokroaminoto di sebelah barat. Aksesibilitas ke
Taman Menteng dapat ditempuh dari berbagai arah seperti dari arah Monumen
Selamat Datang melalui Jalan Sutan Syahrir, dan dari arah Salemba melalui Jalan
Prof. Moh. Yamin.
Rumah Kaca sebagai penanda kota. Ruang
terbuka seperti taman kota semakin penting. Terlebih lagi dengan taman kota
seperti Taman Menteng Jakarta, yang selain memenuhi fungsinya sebagai lahan terbuka
hijau di tengah kota juga memiliki kelebihan lain, seperti letaknya yang
strategis di tengah pusat ekonomi dan hiburan serta memiliki pencitraan yang
baik berkat nilai historisnya yang kuat dan pemugaran yang cukup berhasil
dengan hadirnya ikon baru berupa rumah kaca. Walau pun pencahayaan sekitar
Taman Menteng sedikit kurang memberikan penerangan tapi sedikit remang-remang.
Seharusnya rumah kaca sebagai sebuah ikon baru penanda kota terkadang
seharusnya terang tapi sedikit remang-remang menjadikan sebuah estetika taman
yang seharusnya di nikmati menjadi sedikit kehilangan pesonanya.
Penanda kota yang tak lagi terawat
kalau hujan tiba bocor dan airnya membasahi lantai rumah kaca yang seperti
biasanya kosong tanpa ada kegiatan untuk publik itu sendiri. Rumah kaca sebagai
penanda yang tak di pergunakan untuk kepentingan publik.
Tim kolektif media KBBT_
ruangmenataplangit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar