Selasa, 31 Maret 2015

Menatap Langit di Taman Menteng

Bulan sabit melengkungkan senyuman malam ini nampak di langit setelah hujan berhenti dan di susul malam pun dengan langit yang nampak cerah dan terjebak di dalam angkutan kota yang kurang layak mogok di tengah perjalanan hmm

Sedikit telat membuka baca-baca di taman malam ini, menunggu kawan lainnya sudah ada kawan yang menunggu kebetulan mereka lagi hunting di taman menteng. Jam 20:10 wib baru kita bersiap membuka acara baca-baca di taman  “Kalian boleh maju dalam pelajaran, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai” ~Pramoedya Anata Toer.

Baca-baca di Taman malam ini kehadiran kawan media Republika dan Kompas yang datang untuk melihat baca-baca di taman tapi republika yang datang tak ketemu karena kami belum membuka baca-baca di taman dan kebetulan mengontak kawan yang dalam perjalanan dan kebetulan hpnya low bat. Akhirnya kompas yang datang sekitara jam 21:50 wib yang telah mengontak hari kami lalu untuk datang meliput kegitan kami.

Ruang terbuka publik di Jakarta memang sangat minim dan terbatas di abaikan begitu saja. Mungkin bisa di ingat, seberapa sering kita berkumpul atau berdiskusi dengan kawan, saudara di ruang terbuka sambil menatap langit yang memanyungi dan pepohonan rindang. Mungkin kita sering berada di ruang tertutup beratapkan plafon diman kita harus membayar minuman secangkir kopi atau limun bisa juga segelas bir dingin dan  hangatnya teh  untuk dapat menggunakanya. Ruang terbuka meliki fungsi yang sangat penting, sebgai tempat/wadah ineterkasi sosial yang bisa dinikmati dengan Cuma-Cuma. Ruang publik yang hijau dan berfunsi ekologis, bagi perkembangan kota seperti Jakarta sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan. Kota Jakarta yang pesat cenedrung di tandai dengan perkembangan secara fisiknya, seperti bangunan gedung yang hendak mencakar-cakar langit yang dianggap sebagi simbol kemakmuran. Banyak terjadi privatisai lahan-lahan kota oleh mereka yang bermodlakan uang dan kekuasaan.

Menatap langit malam di taman menteng, berbincang ringan tentang sebuah presitise yang membuat penjualan sebuah produk akhirnya meperoleh laba yang sangat fantastis tapi hidup buruhnya tak layak untuk hidup yang sederhana sekalipun apa lagi dengan kenaikan BBM yang suka tidak suka berpengaruh dengan hidup yang layak bagi rakyat yang semakin sulit dalam perekonomian belum lagi dengan gaya hidup konsumtif yang menjadi gaya hidup.

uu--ruangmenataplangit



Tidak ada komentar:

Posting Komentar