![]() |
baca-baca gratis di taman |
Malam minggu di Taman Menteng yang merupakan sebuah taman di
tengah kota, malam ini terasa penuh sesak jalan ibu kota beberapa menit lalu
segerombolan kuda besi dengan angkuhnya menyerobot jalan dan timbulah kemacetan
sesaat, malam ini jalanan Ibu Kota di penuhi iringan gerombolan kuda besi yang
berkonvoi.
![]() |
ayo baca-baca di taman menteng |
Menatap langit di Taman Menteng dengan pemandangan instalasi
gembolan orang-orang berkumpul dan barisan kuda besi terparkir di pinggir taman
dengan setia menunggu para penungangnya yang sedang mojok berduaan atau
bergerombol bersilahturahmi di dalam taman.
Malam ini tak seperti biasanya di bulan September sedang off
hujanya, jadi bisa menatap langit yang mendamaikan untuk malam ini. Saat ini
masayarakat perkotaan yang metropolitan terjebak di dalam ruang yang terlalu
sempit untuk menatap langit. Ruang
adalah sesuatu yang sangat berharga, yang sering kali kurang kita hargai
keberadaannya. Di kota-kota besar di Indonesia, ruang terbuka publik semakin
hari semakin sulit didapatkan. Hampir setiap jengkal tanah dikuasai oleh
pribadi atau korporasi yang dikomersialkan. Kawasan perkotaan, terutama di kota
Jakarta, sebagai kota padat penduduk.
![]() |
mau pintar kenapa musti bayar poste baca-baca di taman |
Ruang
terbuka seharusnya tidak diprivatisasi. Ruang terbuka yang adil tidak hanya
digunakan oleh kalangan atau untuk tujuan tertentu, banyak ruang terbuka yang
berubah menjadi ruang komersial, baik oleh pemodal besar maupun oleh kaki lima.
Atau pun pengelola taman yang agak arogansi menilai sebuah kegitan baca-baca di
taman sebagai jualan buku pada hal sudah setahun lebih kami menggelar bacaan di
taman menteng ini, masih saja ada diskriminasi dan intimidasi di ruang publik.
Publikasi
ruang adalah merupakan salah satu cara mengambil alih hak ruang publik,
untuk semua masyarakat bebas berekspresi, tanpa melanggar kebebasan orang lain.
Ruang publik untuk publik
Uu
ruang menatap langit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar