Senin, 16 Desember 2013

Sehabis Hujan Desember Di Depan Rumah Kaca

baca di taman desember

Sabtu 14 Desember 2013, Malam minggu di depan rumah kaca yeah berkudeta berkumpul dengan teman di taman menteng dalam sebuah ritual setiap sabtu malam minggu bertemu bersilahturahmi di ruang terbuka. Malam ini setelah hujan mengguyur Ibu Kota Jakarta sepanjang siang hingga malam mendekat membuat Jakarta menjadi sedikit sepi karena hujan yang mengguyur deras dan malam mendekat dengan iringan rintikan hujan yang mungkin untuk sebagian orang dengan alasan malas dan tepat untuk tidur-tiduran di rumah saja karana tak ada alasan yang kuat untuk keluar dari rumah.
Menembus rintikankan hujan menuju Taman Menteng sebagai suatu bentuk ritual komunitas baca-baca di taman beraktifitas menyambut akhir pekan dengan berkumpul bernyanyi, berpuisi dan tentunya berdiskusi ringan yeah inilah yang menjadikan hidupmu lebih hidup tak statis dengan rutinitas yang membuat membosankan.
baca-baca di taman 

Mau pintar kenapa musti bayar sebuah tulisan di atas kertas A3 tertempel di rumah kaca itulah mungkin yang menjadi penanda kehadiran komunitas baca-baca di taman. Parkiran motor malam ini di depan air muncrat karana dari bawah ke atas kalau air mancur dari atas kebawah hehehe.. berpuisi di iringi djimbe dan gitar sehabis hujan di ruang public hmm.. berpuisi dari sebuah buku yang di berikan seorang satrawan Indonesia yang bermukim di Belanda yang pernah berkunjung di baca-baca di taman. Buku terbarunya Kumpulan “Tulisan Heri Latief”  salah satu judulnya puisinya :

Bunga Merah Berlawan

Ketika sajak jadi juru bicara
Maka angin dan hujan jadi kawan
Menulis keindahan kata dalam cahaya
Bahkan langit bilang langit bunga setaman
Oh ya?!
Tak ada lagi yang mesti dituliskan?
Jika sebaris syair isinya cuma harapan
Berkacalah pada puisi yang berlawan

Amsterdam, 16 Juni 2010

Nikmat sekali membaca dan mendengarkan puisi di ruang publik sehabis hujan dengan senyum canda kawan-kawan yang tetap semangat. Menatap luasnya langit yang kelam karena kekuatan rakyat telah di lemahkan dengan perjanjian antara penguasa dan pemilik modal. Menatap langit di taman berkudeta dan berkomunikasi dari sebuah ketergantungan teknologi yang seharusnya menjadi alat tapi kebanyakan malah kita dijadikan alatnya. Mau pintar kenapa musti bayar yeah sampai ketemu sabtu malam minggu depan tetap di taman menteng …


Uu ruang menatap langit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar