Rabu, 25 Desember 2013

MAU PINTAR KENAPA MUSTI BAYAR

Searah jarum jam sudah mendekat ke arah jam tujuh malam , jalanan lancar bus ngetem menunggu penumpang yang sepi sekali malam minggu ini, mungkin cuaca Jakarta yang tak seperti biasa dingin dengan angin berhembus kencang menusuk tulang hmm, Jakarta dengan angin yang kencang berhembus berharap ini angin perubahan yang lebih baik.
mau pintar kenapa musti bayar

Depan rumah kaca menggelar baca-baca di taman di malam minggu yang terlalu sepi tak seperti hari malam-malam minggu yang kemarin menjelang pergantian tahun. Baca-baca di taman , mau pintar kenapa musti bayar kertas A3 yang di temple di rumah kaca seperti biasanya tapi setelah bberapa jam telihat petuga mondar-mandir membawa kayu mungkin banyak tikus di taman tapi setalah 10 menit petusa tersebut berhenti dan ngapai kalian menepel kertas di rumah kaca kan sudah saya kasih tau .. kemarin saya sudah kasih standing dari kayu untuk menempel, dengan sigap seorang kawan menjawab .. kan yang kemarin itu di bawa lagi sama pihak kemanan taman, kami tidak mengotori pak nanti setelah di copot di bersihkan pak wah ada saja intimidasi terus kenapa musti bayar kalau mau pitar kenapa musti meresahkan mereka !!!
baca-baca ditaman menteng

Berpuisi belajar membaca di taman dengan alaunan music yang terdistorsi oleh obrolan hangat telah seminggu tak berjumpa akibat sebuah rutinitas untuk meperpanjang hidup bekerja. Membaca puisi dari sebuah buku 50% merdeka dulu ahh..
Merdeka atau Miskin
rakyat resah langit merah
muram senja di jakarta
tanda angin politik mana?
sumber bencana dari istana
lumpur membusuk janji palsu
sulit hidup antrian sembako
berita koran soal kelaparan
sinis senyum politik tipsani
nipu terus bangsa sendiri
bangkit rakyat indonesia
belajar sejarah kebangsaan
maju ide yang berlawan
Amsterdam, 3 april 2008

Mari menatap langit malam dengan kegundahan dengan penuh harapan kemenangan rakyat yang menjadi hakim atas penguasa rezim komprador.. satu bumi satu Negara.. yeah  satu bumi tanpa manusiaaa ehh satu bumi tanpa penindasan


Uu_ ruang menatap langit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar