Selasa, 31 Maret 2015

KUDETA (kumpul dengan teman) April 2015 Taman Menteng



KUDETA (kumpul dengan teman)
4  April 2015 Taman Menteng-rumah kaca
19:15-22:20 wib

baca-baca di taman
bawa buku buka dan baca di taman
MAU PINTAR KENAPA MESTI BAYAR!!

twitter@bacaditaman
fb:Baca-baca-di-taman https://www.facebook.com/pages/Baca-baca-di-taman/590310154400541

085693169266
085714771682

Menatap Langit di Taman Menteng

Bulan sabit melengkungkan senyuman malam ini nampak di langit setelah hujan berhenti dan di susul malam pun dengan langit yang nampak cerah dan terjebak di dalam angkutan kota yang kurang layak mogok di tengah perjalanan hmm

Sedikit telat membuka baca-baca di taman malam ini, menunggu kawan lainnya sudah ada kawan yang menunggu kebetulan mereka lagi hunting di taman menteng. Jam 20:10 wib baru kita bersiap membuka acara baca-baca di taman  “Kalian boleh maju dalam pelajaran, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai” ~Pramoedya Anata Toer.

Baca-baca di Taman malam ini kehadiran kawan media Republika dan Kompas yang datang untuk melihat baca-baca di taman tapi republika yang datang tak ketemu karena kami belum membuka baca-baca di taman dan kebetulan mengontak kawan yang dalam perjalanan dan kebetulan hpnya low bat. Akhirnya kompas yang datang sekitara jam 21:50 wib yang telah mengontak hari kami lalu untuk datang meliput kegitan kami.

Ruang terbuka publik di Jakarta memang sangat minim dan terbatas di abaikan begitu saja. Mungkin bisa di ingat, seberapa sering kita berkumpul atau berdiskusi dengan kawan, saudara di ruang terbuka sambil menatap langit yang memanyungi dan pepohonan rindang. Mungkin kita sering berada di ruang tertutup beratapkan plafon diman kita harus membayar minuman secangkir kopi atau limun bisa juga segelas bir dingin dan  hangatnya teh  untuk dapat menggunakanya. Ruang terbuka meliki fungsi yang sangat penting, sebgai tempat/wadah ineterkasi sosial yang bisa dinikmati dengan Cuma-Cuma. Ruang publik yang hijau dan berfunsi ekologis, bagi perkembangan kota seperti Jakarta sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan. Kota Jakarta yang pesat cenedrung di tandai dengan perkembangan secara fisiknya, seperti bangunan gedung yang hendak mencakar-cakar langit yang dianggap sebagi simbol kemakmuran. Banyak terjadi privatisai lahan-lahan kota oleh mereka yang bermodlakan uang dan kekuasaan.

Menatap langit malam di taman menteng, berbincang ringan tentang sebuah presitise yang membuat penjualan sebuah produk akhirnya meperoleh laba yang sangat fantastis tapi hidup buruhnya tak layak untuk hidup yang sederhana sekalipun apa lagi dengan kenaikan BBM yang suka tidak suka berpengaruh dengan hidup yang layak bagi rakyat yang semakin sulit dalam perekonomian belum lagi dengan gaya hidup konsumtif yang menjadi gaya hidup.

uu--ruangmenataplangit



Jumat, 27 Maret 2015

Akhir Pekan di Baca-Baca di Taman Menteng



Salam bahagia, ketemu di hari sabtu tanggal 21 di tahun 2015 ini di minggu ketiga di bulan Maret yang sepertinya hujan mulai turun menyambut hari raya nyepi kemarin malam dan sisa hujan masih terlihat sabtu siang ini hmm cuaca yang anomaly membuat kondisi tubuh kurang sehat. Langit nampak sendu di hari sabtu ini dan terkadang mentari muncul cuaca menjadi panas terik berjalanan menuju kawasan Menteng.
komunitas baca-baca di taman rumah kaca

Hujan menyabut datangnya Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1937  guyuran derasnya hujan semalam, melepas kerinduanya untuk bercengkrama dengan Ibu kota dan para penghuninya yang kebanyakan merasa resah, khawatir dan mungkin juga menjadi dongkol karena aktifitasnya terganggu akibat kedatangan hujan setelah siang yang terlalu terik. Tapi sebagian orang menganggap kedatangan Hujan memberikan berkah tersendiri, khususnya para pedagang jas hujan dan payung, buat para bocah-bocah kecil, mereka bersukaria bermain dan mandi air hujan sambil menawarkan jasa ojek payung yaa lumayanlah buat tambahan uang jajan dari pada lumanyun meminta uang jajan kepada ibunya yang semakin hari semakin harus memutar otak karena naiknya kebutuhan hidup tapi pendapatanya tak naik. Nampak tanpa ada beban sedikitpun dari wajah mereka, merdeka dan kegembira yang mungkin terpancar dari wajah mereka, penuh ceria terawa lepas.” jadi terngiang-ngiang di kepala, kata-kata dari seorang kawan. “Merdeka itu yaa!! Waktu gua masih kecil, enggak punya beban, mikirin punya uang apa enggak, enggak mikirin tagihan listrik, kontrakan, tagihan motor, ban motor yang udah botak plus bocor lagi.. Pokoknya banyak deh yang bikin Gua pusing, makanya merdeka itu waktu Gua masih kecil, bebanya cuma bikin PR paling berat itu sich.”. "Kalau Kata Mingke "manusia merdeka itu adalah manusia bebas, tanpa mengganggu kebebasan orang lain" Pramoedya Quotes.
ngelapak di cikini

Agenda KBBT (komunitas baca-baca di taman) sabtu ini tidak jauh berbeda dengan hari sabtu sebelumnya, yang berbeda cuma  ada sedikit agenda tambahan ajakan dari kawan-kawan Komunitas Bau Tanah untuk membuka lapak jualan di trotoar jalan Cikini seberang Stasiun Cikini mulai dari siang hari. Semua lapak berjejer rapi demi kenyamanan para pejalan kaki yang cuma melintasi trotoar ataupun sebentar mampir melihat-lihat dan membeli dagangan yang nampak memanjang sepanjang trotoar . Foto-foto yang sedang dipamerkan. 
trotoar depan stasiun cikini

Dan ketika malam turun menyapa di kawaswan cikini. Cahaya dari lilin yang menerangi lapak sedikit memberikan warna berbeda di malam itu, maklum penerangan dijalan-jalan Ibu Kota masih banyak penerangan kurang layak, mulai dari permasalahan lampu yang mati, lampu yang pecah, sampe tidak adanya lampu jalanan. Walaupun terbatasi oleh keadaan fasilitas publik, untungnya cuaca mendukung hari sabtu ini, deretan lapak yang ditemani lilin sebagai penerangan serta obrolan-obrolan ringan antar pengunjung dengan penunggu lapak tentang barang-barang yang dijajakan, foto, tato/rajah, permasalahan yang biasa terjadi di komunitas, sampe ke obrolan bangsa yang sudah tak peduli dengan warisan Budayanya sendiri lebih menghargai budaya luar yang tak sesuai dengan masyarakat dan kebudayaan Indonesia, saking serunya perbincanganya sampe-sampe ada candaan buat yang katanya merakyat. “jangan bicara soal ekonomi kerakyatan deh, kalo belum ngelapak....hehheheheh!!!”.
baca-baca di taman

Waktu udah menunjukan 19:08 wib, masih ada ritual mingguan yang harus dilaksanakan karana kami hanya pelaksana kata-kata saja. Walau terasa berat meninggalkan trotoar di cikini yap, waktu mengharuskan kami untuk menuju taman menteng ..lets go, bro!!.
depan rumah kaca

 Biasanya setiap hari raya keagaman yang bertepatan sama agenda mingguan, KBBT meliburkan agenda mingguanya, mungkin sabtu ini yang pas banget Hari Raya Nyepi tahun baru Saka 1937, buat para pemeluk agama Hindu selamat Tahun Baru Saka dan semoga lancar menjalankan acara Nyepi, sabtu ini ada sedikit pengecualian karena menghadiri undangan buka lapak diacara Komunitas Bau Tanah, bentuk support antar komunitas, maaf nih ya, bukanya tidak menghormati Hari Raya Nyepi.  
baca di taman menteng

Akhirnya sampai juga di taman menteng dari cikini dan kami ingin menyepi di taman menteng yang biasanya sedikit sepi tapi malam ini malah sebaliknya. Suasana ramai dan lampu di taman serta rumah kaca ikut bersorak-sorai dengan kegermelapan dari kejauhan menyabut sabtu malam minggu di taman menteng. 

Malam minggu ini baca-baca di taman  di kunjungi beberapa kawan yang baru dan lama tak berjumpa, yang mungkin sengaja meluangkan waktunya untuk melepas kepenatan rutinitas hariannya atau cuma sekedar bercanda ria dan berbincang ringan tentang pengalaman lucu, pahit, juga rencana-rencana agenda komunitas dan pribadi. Kadang-kadang obrolan santai bisa meringankan ataupun menghilangkan beban permasalahan sehari-hari dan bukan itu saja untuk melupakan sejenak. Yap, memang begitu seharusnya  taman berfungsi, bukan cuma tempat resapan air dan paru-paru kota tapi juga menjadi tempat untuk melepaskan beban, penat dan juga tempat mendapatkan keceriaan serta semua hal-hal yang positif. Menatap langit malam dan duduk dengan hembusan angin yang mulai menusuk kulit.

Semenatara kehidupan itu mengalir seperti aliran sungai. Setiap hari ada saja hal-hal baru yang terjadi dan kita harus mengikutinya. Sebuah rutinitas yap tidak juga seperti rutinitas, karena di setiap hari selalu saja ada kejadian yang tak kita duga yang terjadi pada kita walau kita merasa sebuah rutinitas menjadi sesuatu yang terlalu datar saja karena kita tak bisa menikmati atau melihat ada sesuatu yang baru tanpa kita sadari.

Kolektif media KBBT

Senin, 23 Maret 2015

KBBT (Komunitas Baca-Baca di Taman) Baca Puisi di Taman

Baca Puisi di Taman Menteng   

“Penyairlah ia yang masih percaya pada tenaga kata-kata
Mengangkat tangan pelan-pelan, menabik pada bulan
Yang tersenyum meski suram, sendirian”
~ Ajip Rosidi

Eh, ketemu sabtu lagi tidak terasa sudah saatnya kumpul lagi di acara baca-baca di taman di depan rumah kaca, taman menteng. Baca-baca di taman malam ini mengajak kita berpuisi di taman yang telah beberapa kali KBBT (komunitas baca-baca di taman) telah melaksanakan puisi di taman di baca-baca di taman yeah. Dan pernah sekali menghadirkan sastrawan Heri latief yang membacakan puisi di taman ..hmm  penutupan bulan November 2013 yang berkesan saat itu ketika kita terpaksa berpindah tempat karena rumah kaca lagi di dekor untuk acara syuting iklan salah satu bank. Dan saat itu menjadi pembacaan puisi yang berkesan dan penuh spirit bagaimana sebuah kebebasan berekspresi di ruang publik terganggu karena ruang publik tak sepenuhnya punya publik itu sendiri masih yang berpengaruh yang punya modal (kapital).

Di kaki langit pelangi berpuisi
Musik klasik gemuruhnya mimpi
Jika sepercik cahaya adalah kematian
Maka badai hujan adalah harapan
Senapas puisi mendesah sunyi sexy?

~ Heri Latief



Malam ini cuaca cerah memberkati baca puisi di taman dengan keadaan taman yang sedikit sepi karana isu begal dan keadaan ekonomi harga dolar yang tinggi serta harga kebutuhan pokok yang tak lagi terjangkau bagi kebanyakan rakyat Indonesia. Malam ini tercipta beberapa karya puisi sendiri dan membacakan karya satrawan yang di bawa oleh kawan-kawan untuk berpuisi di taman dengan iringan musik yang minimalis .


TAMAN

Taman mu bukan taman ku
Taman ku bukan taman mu
Taman mu bukan taman ku
 Taman ku bukan taman mu
 Taman siapa ini yang terbuka nan hijau

~ uu

Menari

Ketika ku dalam damai
Kau malah buat rusuh bin kisruh

Saat ku berjalan kehabisan nafas
Kau malah mengajak untuk berlari

Saat badan ini tak bisa bergerak
Kau malah mengajak ku menari di pesta penuh ironi

~uu


Angka

Buta huruf itu biasa
Buta angka itu luar biasa
Angka demi angka tersusun rapi
Ada yan bilang itu rizki
Ada yang bilang tak di bawa mati
Mengang angka lebih hati-hati
Walau tak di bawa mati

~Azis


AkhirAN!

Suasana ramai
Tapi merasa sepi
Rumah kaca tak berarti
Hanya nyanyian menghibur hati

Taman menteng di eksploitasi
Aku membuka puisi
Dengan suara rendam hati
Karena aku punya mimpi

~Azis

Anak  Gedongan

Anak gedongan minum susu ultra
Kiri katanya si pembangkang
Riwayat si miskin lapar berat
Sebaris puisi merahnya darah
Anak gedongan makan nasi rames
Mesranya modal dan tajamnya banyoet
Menusuk uluhati pejuang demokrasi
Sebaris puisi bisa bikin revolusi
Oya?!

~Heri Latief


Puisi adalah kata hati dari nyanyian irama jiwa. Dimana keduanya saling melengkapi dalam ikatan nada. Bait demi bait sastra mengundang arti dari sebuah perjalanan, meneteskan kisah pada alam semesta malam berpuisi di baca-baca di taman beberapa karya tercipta dan mencoba memberanikan membaca puisi walau masih ada yang malu-malu tapi tetap semangat mencoba untuk membebaskan diri dari belenggu ketakutan dalam berekspersi. Banyak yang bertanya kenapa harus malam hari baca-baca di taman mungkin kata, Slamet Rahardjo "Hanya karena kegelapan malamlah kita bisa menghargai bintang dan rembulan." Menatap langit malam di taman menteng dengan alunan musik dan puisi tak terasa mengantarkan pada waktu yang berjalan dengan cepat dan malam semakin larut saatnya menutup dan minggu depan ketemu lagi masih di tempat yang sama taman menteng. Salam dan bahagia

Rindu Api

Ku tulis puisi demi api
Membakar semua mimpi
Jadi abu terbang membisu

Amsterdam, 16 mei 2006
~ Heri Latief

Menteng 14 Maret 2015
Uu ruangmenataplangit


Kamis, 12 Maret 2015

KUDETA BACA-BACA DI TAMAN

"Kita membaca untuk mengetahui bahwa kita tidak sendirian."
—C. S. Lewis

Senja sehabis hujan turun sabtu ini, suasana sedikit lenggang aspal dan trotoar jalanan nampak masih basah akibat guyuran hujan. Menuju perjalanan ke Taman Menteng untuk KUDETA (KUmpul DEngan TemAn) di awal bulan Maret yang katanya hujan selalu saja turun tiba-tiba hehehe.

Sepotong senja dengan sisa guyuran hujan yang nampak di depan teras rumah kaca yang airnya masih menggenang dan dari rumah kaca sebelah nampak ada pameran foto dari kawan-kawan USAHID dari UKM Dua Mata ehh ketemu lagi di taman kudeta nih.. kumpul dengan teman setelah hujan reda.

Baca-baca di taman awal bulan Maret nampak menteng masih lengang sehabis hujan. Baca-baca di taman seperti minggu yang lalu memulai ritualnya dengan berkumpul di taman menteng walau pun minat baca dari pengunjung taman sedikit berkurang tapi semangat tak boleh berkurang juga untuk membuka baca-baca di taman. Walau pun malam ini kami tak menggelar buku karena keadaan yang basah membuat koleksi buku-buku kami menjadi lembab dan akhirnya kami yap’s seperti agendanya kumpul dengan teman di taman menteng yeah..



Uu_ruangmenataplangit

Selasa, 03 Maret 2015

Taman Menteng akhir Bulan Februari



Taman bagian dari ruang publik merupakan sebuah media untuk mengomunikasikan informasi dan juga pandangan. Sebagaimana yang tergambarkan di Inggris dan Prancis, masyarakat bertemu, ngobrol,berdiskusi tentang buku baru yang terbit atau karya seni yang baru diciptakan. Dalam keadaan masyarakat bertemu dan berdebat akan sesuatu secara kritis maka akan terbentuk apa yang disebut dengan masyarakat demokrasi dimana adanya sebuah partisaipasi public itu sendiri untuk kepentingan publik.

Baca-baca di taman penutupan bulan Februari 2015 yang semakin sepi saja suasana taman menteng karena situasi Jakarta yang di terror oleh para begal yang berkeliaran mencari mangsa. Dan di akhir bulan ini sepertinya harga BBM akan naik kembali semakin membuat beban ekonomi walau tak terjadi gejolak sosial. Isu korupsi dan konflik antar lembaga Negara yang berwenang menegakkan hukum malah jadi terror bagi rakyatnya sendiri tak ada kepastian dalam penegakan keadilan.


Ruang publik, Taman Menteng rumah kaca sebelah ada pameran grafis tentang korupsi yang tak terlalu menarik pengunjung taman menteng malam ini. Malam semakin larut dan suasana memang kali ini sepi karena banyak pengendara beroda dua takut keluar malam apa lagi dengan penyebaran info yang tak jelas meneror masyarakat luas untuk keluar malam berdiskusi bersenda gurau.

Menatap langit malam ini yang cerah mendukung perjumpaan akhir bulan Februari ini menambah semangat hidup walau suasana terlalu biasa saja seperti hari kemarin. Sampai ketemu di bulan Maret

Uu ruangmenataplangit

Dari taman ke taman 2015



Taman  berfungsi sebagai paru-paru kota, pengatur iklim mikro, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitas satwa, penyerap polutan dalam udara, air dan tanah, serta penahan angin.

Sabtu 21 februari 2015 komunitas baca-baca di taman memulai kembali berkeliling dari taman ke taman melintasi jalanan yang nampak rusak akibat banjir seminggu yang lalu. Kali ini baca-baca di taman berkunjung ke taman taman di daerah Jakarta pusat dari titik awal taman yang menjadi awal taman kimia di Jl. Kimia , menteng Jakarta pusat menuju taman suropati , taman sumenep, taman lawang dan akhirnya menuju selatan Jakarta, berlabuh ke Senayan melipir bertemu kawan-kawan di sana.



dari taman ke taman KBBT











Uu_KBBT (KOMUNITAS BACA-BACA DI TAMAN)