Selasa, 16 Desember 2014

Kembali bersinar rumah kaca Taman Menteng

 rumah kaca Taman Menteng


Sabtu 13 desember 2014 jam seakan berlari begitu cepat sudah sore saja dan saatnya siap-siap menuju taman menteng walau pun penerangan taman tak menentu terkadang di matikan atau kalau diprotes habis itu pasti dinyalakan oleh pengelola taman menteng.

Malam ini begitu istimewa lampu taman dan rumah kaca menyala karena solidaritas  kawan-kawan dan para pecinta baca-baca di taman yang mendesak untuk menyalakan lampu dan taman menteng bukan tempat untuk mesum apa lagi kegelapan malah mengundang kriminalitas, dengan kegelapan seperti dua bulan yang terlalu gelap gulita di taman menteng.

Ada yang istimewa baca-baca di taman kebetulan kedatangan Bunda Nisma ketum SBMI (serikat buruh migrant Indonesia) berulang tahun pada hari ini dan merayakan bersama komunitas baca-baca di taman dengan membawa tumpengan dan makan bersama. Selamat ulang tahun Bunda semoga panjang umur di usia yang tak lagi muda, sudah 50 tahun.


Baca-baca di taman malam ini menatap langit yang sedikit sendu dan suasana taman yang begitu sepi tak banyak pengunjung di pengakhir tahun 2014 ini akibat dampak kenaikan biaya hidup di karena efek domino kenaikan harga BBM.

Semoga besok lampu taman dan rumah kaca menyala bukanya setiap ada kegiatan baca-baca di taman malah sengaja di matikan dan pada hari lainya di nyalakan ..ayo lawan diskriminasi di ruang publik.


As ruangmenataplangit

Senin, 08 Desember 2014

kudeta desember komunitas baca-baca di taman


Bertemu kembali dengan bulan Desember , tak terasa tahun 2014 hampir berakhir. Menatap langit Sabtu 6 Desember 2014 merupaka awal baca-baca di taman yang biasanya kami berkudeta (kumpul dengan teman). Lampu taman dan rumah kaca sebagai penerang di saat malam turun di taman menteng sudah dua bulan ini tak kunjung menyala dengan berbagai alasan yang tak masuk akal , sebenarnya alasanya untuk mengusir komunitas baca-baca di taman biar mati secara perlahan karena kita bergiat di malam hari (komunitas nocturnal).

Taman menteng sabtu ini cuaca hujan deras mengguyur saat senja tiba hingga malam dan akhirnya sampai juga di taman dan suasanya sepi akibat rumah kaca dan lampu taman yang di matikan. Beberapa tamu akhirnya meninggalkan taman karan tak nyaman dengan keadaan gelap seperti ini. Dan kami kedatangan juga wartawan energiview majalah yang katanya baru terbit tiga kali setiap bulanya kata seorang wartawan yang bernama kebetulan sama seperti penggiat baca-baca di taman bernama Agus yang menayakan tentang kegiatan di ruang terbuka sebagai kolom gaya hidup di majalah energi view. Dan akhirnya sekitar jam 20:30 wib lampu rumah kaca menyala hahaha pengelola taman sepertinya tak mau kalau komunitas baca-baca di taman berkudeta ..berkumpul dengan teman pas saat sepi dan di tinggalkan para pengunjung baru dinyalakan tidak seperti acara yang di sebelahnya nonoton ala misbar yang di fasilitasi pemerintah daerah DKI Jakarta semetara komunitas ini independent mengadakan kegiatan baca-baca di taman dan mengakampanyekan ruang publik tapi nayatanya pengelola taman menteng selalu saja tak suka dengan kegiatan kami di depan rumah kaca ini.

Ruang publik milik publik dimana publik yang mengisi dan merawat ruang tersebut. Ruang publik tempat interaksi individu atau pun komunitas yang bergiat. Ruang publik taman menteng sebagai daerah resapan air dan sebagai oase di tengah gersarangan  kota Jakarta. Ruang publik milik publik bukan yang hanya berduit ..stop diskriminasi di ruang publik.

Tim kolektif media KBBT-komazine

Ruangmenataplangit

Rabu, 03 Desember 2014

Taman menteng selalu saja gelap gulita


Ruang public milik public tapi untuk kepentingan yang berduit. Komunitas baca-baca di taman baru sabtu yang lalu dinyalakan karana ada persemian Jakarta kinclong oleh Gurbernur DKI Jakarta yang baru   Basuki Tjahaja Purnama /Ahok tapi sabtu 29/11/2014 malam minggu di akhir November ini lampu rumah kaca sengaja dimatikan bukan karana dengan alasan belum membayar listrik.

Pengelola taman menteng dengan sengaja mematikan lampu taman menteng di depan rumah kaca selama dua bulan ini Cuma di berikan  sekali saja dengan penerangan dan gelap kembali. Sebenarnya ruang public seharusnya memberi fasilitas bagi public bukanya malah mensabotase dengan mematikan lampu taman dan rumah kaca  katanya taman menteng taman public bukan taman yang membiarkan tempat mesum dan gelap saat malam hari cenderung mengundang kriminalitas dan taman menteng menjadi sepi percuma bangunan bersejarah stadion sepak bola  kebanggaan warga Jakarta di hancurkan dan di bangun taman tapi malah tak memberi kesempatan sebuah komunitas untuk mengisi ruang public /taman menteng yang seharusnya menfasilitasi siapa pun yang berinteraksi di ruang public itu sendiri.

Acara baca-baca di taman terpaksa tak berjalan karana taman menteng gelap penuh dan pengunjung menjadi tak nyaman.

Taman menteng bukan tempat mesum tapi malah sengaja di buat gelap oleh penegelola taman

Tim kolekif media KBBT-KOMAZINE

PENGGIAT BACA-BACA DI TAMAN

Selasa, 25 November 2014

baca-baca di taman 22 November 2014



Baca-baca di taman 22 november 2014

Pasca kenaikan BBM Jakarta sabtu, malam minggu ini serasa lebar sekali jalanan Ibu Kota dari pinggir Jakarta sampai pusat kota yang tak seperti biasanya. Apa lagi di tambah dengan alasan tanggal yang tua biasanya tak terlalu sepi tak senyap menyapa malam minggu yang tak terlalu panjang. Dan tak terasa menikmati perjalanan, akhirnya sudah berada di tempat terbuka yang seperti biasanya sebagai tempat membuka kegitan baca-baca di taman ini: taman menteng di depan rumah kaca.

Bangunan yang tinggi hendak mencakar langit yang menjauhi tanah tempatnya berpijak hendak menjangkau langit yang nampak hitam saat malam ini. Taman menteng sepertinya malam ini banyak sekali kegiatan dari misbar ada nonton bareng , sampai ada Jakarta kinclong hmm semoga Jakarta kinclong dan tak merugikan rakyat kecil.

Taman menteng sedikit sepi dan lampu pun ikut menerangi kembali dan membuat kegiatan baca-baca di taman berjalan seperti sedia kala. Menatap langit malam ini pun dengan pancaran bintang yang selalu menerangi dan memberi semangat baru untuk kami.

Baca-baca di taman malam ini sepi tapi malam makin naik semakin ramai yang singgah untuk bertegur sapa yang sudah satu bulan, tiga minggu ini lampu taman menteng yang selalu saja di padamkan dengan alasan belum bayar listrik.

Kedatangan penyair Heri Latief dan istrinya membuat kejutan kecil, yang telah menyepatkan di sela-sela kujungannya ke Jakarta. Dan kunjungan kawan-kawan lama atau pun teman baru yang selalu saja menjadi hal yang menyenangkan dan masih ada saja di kira kami berjualan buku , makanya di baca punya matakan ..mau pintar kenapa mesti bayar !

Waktu pun berjalan dengan cepat dan baca-baca di taman waktunya menutup gelaran buku-buku dan sampai ketemu sabtu depan 29 november 2014 semoga lampu tetap dinyalakan di taman menteng dan cuaca selalu mendukung kegiatan ini berjalan lancar.


Uu ruang menatap langit


Selasa, 18 November 2014

taman menteng saat malam hari selalu saja gelap

Taman kota , taman menteng yang terletak di antara jalan Jl. HOS Cokroaminoto dan Jl. Mohammad Yamin, Menteng, Jakarta Pusat. Ruang Terbuka Hijau (RTH) memang sangat dibutuhkan sekali untuk ibu kota ini yang di sesaki bangunan dan gedung yang hendak mencakar langit, karena taman masih sangat jarang di Jakarta sehingga sulit rasanya masyarakat mencari suatu tempat yang nyaman dan tenang dengan suasana penghijauan yang sejuk di kota  Jakarta yang terlalu sempit hanya menatap langit biru saat pagi dan kelamnya langit saat mentari tengelam. 



RTH di Jakarta belum sampai 30 % dari seluruh wilayah DKI Jakarta itu sendiri, yang sesuai syarat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang yang mengharuskan RTH itu minimal 30%, pantes saja Jakarta semakin panas kalau RTH Cuma 9,6%  .Mudah-mudahan bisa bertambah lagi secepatnya biar sejuk dan semakin tertatat dengan apik. 




Taman menteng dengan dua icon rumah kaca yang berfungsi sebagai penanda dan penerangan saat malam tiba tapi sudah berapa bulan ini malah mati total, bahkan lampu taman pun mati juga hanya yang menyala di lapangan basket yang sebelumnya beredar di berita sebgai tempat mesum, apa tempat mesum mau di pindahkan dari lapangan ke area depan rumah kaca yang ada beberapa komunitas melakukan kegiatan di sana tiap minggunya. Seperti komunitas baca-baca di taman yang selalu buka pada malam hari karena sudah menjadi ritual mingguan kami berkumpul dengan teman sebagai ajang silahturahmi dan sharing bacaan  atau pun masalah yang tak terlalu penting. Baca-baca di taman sudah satu bulan dua minggu ini tak dapat berjalan dengan seperti biasanya karena penerangan yang tak ada.

Ruang publik yang gelap saat malam mengakibatkan banyak hal negative mengundang kriminalitas, seharusnya ruang publik seperti taman menteng memfasilitasi segala macam kegiatan dengan Cuma-Cuma ..ruang publik untuk publik.

Untuk Ruang Publik seperti di Taman Menteng ini, yang ada gedung-gedung pencakar langit, atau itu semua mungkin karena kota ini adalah pusat perekonomian yeaah, bukan pusat perhutanan. :D Yap’s tapi setidaknya tempat dengan suasana yang sejuk dan rindang juga sangat diperlukan untuk masyarakat agar supaya udara yang kita hirup juga lebih banyak Oksigennya dibanding udara yang tercampur polusi Karbon dioksida. Sambil menatap langit malam yang selalu saja menyenangkan sambil sedikit terdengar ada curcol (curhat colongan) hehehe.

UU ruang menatap langit




Rabu, 12 November 2014

taman menteng yang masih gelap gulita di depan rumah kaca

Masih gelap gulita taman menteng

“Makin Tinggi Pohon, Makin Kencang Pula Angin yang Menerpanya”. Mungkin Itu ungkapan yang tepat untuk kondisi dikota Jakarta, Ibu kotanya Republik Indonesia. “ Indonesia di sebelah mananya dari Bali kwkwkkwkww”, ternyata lebih terkenal Pulau Bali dibandingkan sama negaranya, diumurnya yang sudah tua 487 tahun di tahun 2014 bahkan usianya melebihi dari usia Republik Indonesia, Jakarta masih tetap eksis dihati setiap para pemimpi kesuksesan yang mengharapkan kesejahteraan, padahal setiap hari, tiap jam, bahkan tiap detik permasalahan kota Jakarta semakin kompleks, runyam, jelimet. Mulai dari permasalahan kebutuhan pokok yang pelan tapi pasti setiap hari makin meranjak naik karena BBM mau naik penyebabnya gara-gara orang pintar tarik subsidi, ya ... sudah pasti bayi kami kurang gizi, mentang-mentang harga batu cincin lagi naik (gara-gara jadi trend di masyarakat) ehhh BBM ikut-ikutan naik katanya sih subsidinya mau dialokasikan untuk hal yang lebih penting.

Ditambah lagi ruang publik khususnya taman yang sudah mulai tidak terurus lagi, kalo enggak percaya liat aja fasilitas yang enggak terawat.
“Kata siapa enggak keurus buktinya parkir liar, pemukiman liar & semua yang dianggap liar udah ditertibkan. Kalo enggak percaya liat aja tuh pemukiman liar di Pluit dirapikan diubah jadi ruang terbuka hijau”
“Yaaaaa... emang bener juga sih, tapi kok malam harinya lampu-lampu ditaman-taman Jakarta enggak ada yang nyalah alias padam dan bergelap-gelap ria, kasihan kan yang jomblo enggak bisa ikut menikmati bergelap rianya... udah sebulan nih pak lampunya enggak nyalah, jangan kelamaan nanti bisa-bisa dapet penghargaan dari MURI(Musium Rekor Indonesia) mati lampu terlama di ruang publik.. hahahahaha”. tapi lapangan basket taman menteng menyala diskriminasi sekali kebijakanya yang tak bijaksana.
Gimana tuh urusanya? Denger-denger sih dari kicauan burung-burung didunia maya “kalo di dunia nyata udah jarang denger kicauan burung, kecuali lagi ada lomba kicau burung” soalnya pepeohonan banyak yang tergusur juga akibat pembangunan yang tak meperhatikan keseimbangan lingkungan hidup. Katanya pemprov DKI Jakarta menunggak iuran listrik 2,6 Milyar, kira-kira .....kalo dibeliin kuaci & kacang kulit dapet berapa truk kira-kira “Gilee ya pemerintah aja nunggak bayar listrik, gimana mau mengurus rakyatnya, pantesan deh BBM naik teruss seperti naik haji”
Yaa.. semoga cepet diselesaikan deh masalah administrasinya, biar masyarakat bisa menikmati dengan nyaman taman dimalam hari dan stigma taman kalo malam hari digunakan berbuat negatif (mesum, kriminalitas) bisa berubah menjadi sesuatu yang  positif.

Menatap langit di taman yang gelap gulita membuat sedikit gundah gulana akibat baca-baca di taman sudah 1 bulan 2 minggu ini selalu saja lampu taman dan rumah kaca di matikan saat malam hari. Semoga besok bisa menerangi baca-baca di taman itu juga kalau pemerintah benar-benar berpihak kepada rakyat.

Agoes  ruangmenataplangit


Selasa, 04 November 2014

KUDETA (kumpul dengan teman) taman menteng dalam gelap

Ruang publik yang dimaksud secara umum pada sebuah kota, menurut Project for Public Spaces in New York tahun 1984, adalah bentuk ruang yang digunakan manusia secara bersama-sama berupa jalan, pedestrian, taman-taman, plaza, fasilitas transportasi umum (halte) dan museum.

Pada umumnya ruang publik adalah ruang terbuka yang dapat menampung kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Ruang ini memungkinkan terjadinya pertemuan antar manusia untuk saling berinteraksi. Karena pada ruang ini seringkali timbul berbagai kegiatan bersama, maka ruang-ruang terbuka ini dikategorikan sebagai ruang umum.

Ruang publik, taman menteng semenjak bulan Oktober sampai November selalu saja lampu taman dan rumah kaca di matikan dan pada bulan oktober cuman sekalis aja di nyalakan . Katanya ruang publik bukan tempat bergelap-gelapan dan mesum tapi malah dibiarkan menjadi tempat yang gelap gulita sehingga kesempatan yang negative makin jadi saja. Sekarang setelah lampu selalu saja tak menyala gelap gulita suasana taman menteng menjadi seperti tempat pemakaman apa lagi suasana lampu yang tak nyalakan.

Kudeta (kumpul dengan teman) di bulan November menjadi berkurang karena Susana gelap gulita banyak pengunjung taman yang bertanya-tanya dan kecewa karana ruang public tak ada penerangan malah terjadi diskriminasi bagian lapangan saja sekarang yang terang di depan rumah kaca malah yang gelap gulita.

Apa lagi kegiatan komunitas baca-baca di taman membutuhkan penerangan yang cukup baik kalau masih saja tak dinyalakan berarti pengelola taman sengaja mematika komunitas yang berkegiatan di malam hari.

MAU PINTAR KENAPA MUSTI BAYAR !!

Kolektif media komazine-KBBT


Rabu, 29 Oktober 2014

catatan oktober baca-baca di taman

Catatan akhir oktober 2014

Catatan di akhir bulan oktober 2014, baca-baca di taman di depan rumah kaca taman menteng yang kembali gelap karena lampu tak dinyalakan. Baca-baca di bulan oktober ini hanya sekali saja lampu menyala setelah itu dalam kegelapan sehingga kegiatan baca-baca di taman tak berjalan dengan lancar.

Taman Menteng Sabtu , 25 oktober 2014. 19:35 kami merapat juga di taman menteng yang kembali gelap gulita karana lampu taman dan rumah kaca di matikan tetapi di lapangan lampu menyala karena besok ada acara music dan pemutaran film, mungkin ini namaya ruang public cuman yang punya duit haha.. ketika taman ruang publik terjadi diskriminasi antara yang sesuatu untuk publik dan yang punya duit/modal, Kembalikan Ruang publik untuk publik..

Taman Menteng yang gelap yang katanya mencoba menjadi taman public ternyata belum juga terwujud karena masih terlalu gelap beberapa bagian taman apalagi dengan icon taman menteng , rumah kaca yang gelap gulita.

Hmm mentap langit di taman menteng yang gelap gulita di akhir bulan oktober yang tak kunjung turun hujan untuk menyelesaikan musim kemarau yang terlalu panas dan penuh debu.
Sumpah pemuda atau pemuda yang di sumpah serapah. Ketika pemuda yang telah kehilangan spirit muda. Kami masih muda masih punya banyak cinta, kami masih muda jelang esok penuh pesona, kami muda punya harapan, kami muda punya tujuan tuk membuat tatanan keadilan dan keseimbangan. Walau dalam kegelapan taman menteng tapi KBBT komunitas nocturnal ini masih bersemangat untuk berbincang ringan.

Sampai ketemu di kudeta (kumpul dengan teman) di awal bulan November 2014


Rt ruangmenataplangit

Selasa, 21 Oktober 2014

ruang yang menatap langit II




Rumah kaca yang kembali menerangi baca-baca di taman

Mentari tenggelam berganti malam telah datang, bersiap untuk membuka baca-baca di taman seperti biasanya di taman menteng sabtu ini. Naik angkutan umum menuju taman menteng dengan sedikit kepadatan yang akhirnya terlewati juga. Taman Menteng malam itu terlalu ramai di depan rumah kaca, karan ada pemotretan anak sekolah untuk buku tahunan. Dan kami seperti biasa menggelar bahan merah dan hitam sebagai alas untuk buku-buku dan zine di depan rumah kaca yang sedang di bersihkan karena sudah terlalu kotor dan berdebu.


Duduk di bunderan air muncrat di samping rumah kaca yang tak di nyalakan sehingga tak terdengar gemericik air seperti air hujan yang turun pada bulan Oktober seperti tahun yang lalu. Rumah kaca yang kembali menerangi baca-baca di taman sehingga ritual tiap minggu ini menjadi berjalan lancar.

Ruang terbuka hijau/ruang publik sangat di butuhkan apa lagi di kota yang terlalu padat dan di sesaki perumahan padat dan gedung bertingkat pencakar langit. Kota-kota besar sering kali dijadikan simbol dari sebuah kemajuan atau keberhasilan. Gedung-gedung tinggi yang menjulang mencakar-cakar langit serta pusat-pusat perbelanjaan nan megah menjamur seperti di musim penghujan tumbuh subur dan berlomba-lomba untuk menjadi landmark atau icon dari setiap kota. Bahkan disalah satu sisi ibu kota Jakarta saja bisa berdiri dua atau tiga bahkan empat pusat perbelanjaan sekaligus dengan jarak yang sangat berdekat-dekatan atau pun kkebanyakan bersebelahan atau berhadapan. Belum lagi kendaraan bermotor yang tumpah ruah membanjiri setiap sudut jalan ibu kota, pembangunan jalanan dan kendaraan yang terus belomba-lomba untuk memenuhi sisi jalanan yang semakin sempit.


Taman merupakan ruang publik yang hijau dipandang mata membuat oase di tengah belantara hutan beton yang semakin sesak mengusur ruang terbuka hijau. Menatap langit saja tak bisa tak ada lagi ruang untuk menatap indahnya langit. Stephen Carr dalam bukunya Public Space, ruang publik harus bersifat responsif, demokratis, dan  bermakna. Ruang publik yang responsif artinya harus dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan  kepentingan luas. Secara demokratis yang dimaksud adalah ruang publik itu seharusnya dapat dimanfaatkan masyarakat umum tanpa harus terkotak-kotakkan akibat perbedaan sosial, ekonomi, dan budaya.  Bahkan, unsur demokratis dilekatkan sebagai salah satu watak ruang publik karena ia harus dapat  dijangkau (aksesibel) bagi warga dengan berbagai kondisi fisiknya, termasuk para penderita cacat tubuh  maupun lansia sambil duduk santai menikmati waktu istirahat mereka sambil beraktifitas ringan atau olahraga. Dan akhirnya jawaban solusinya bukan selalu berkahir berlibur di luar kota. Padahal ruang-ruang publik seperti ini adalah kebutuhan untuk menjaga keseimbangan kota. Ruang Terbuka Hijau menjadi sangat dibutuhkan. Seiring dengan perubahan iklim yang terus memburuk, masalah penghijauan dan kelestarian menjadi perhatian serius tak hanya bagi bangsa indonesia tapi juga masyarakat dunia. Menurut aturan internasional mengenai ruang terbuka hijau suatu kota harus mencapai angka 30 persen dari luas kota. Kesepakatan masyarkat internasional ini juga di amini oleh pemerintah Indonesia dengan menetapkan agar daerah perkotaan memiliki minimal 20% dari luas kawasan perkotaannya untuk ruang publik ini.



Menurut Roger Trancik, seorang pakar dibidang Urban Design, ruang terbuka hijau adalah ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun didalam kota, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan jalur hijau. Sementara menurut Rooden Van FC dalam Grove dan Gresswell,1983, ruang terbuka hijau adalah Fasilitas yang memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, dan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam kegiatan rekreasi. Ruang terbuka seperti taman ini juga mempunyai fungsi yang tak kalah penting dari masalah lingkungan hidup tapi juga berfungsi sosial dimana masyarakat bisa berkumpul dan bersantai bersama sanak keluarga dengan teman-teman atau pun sebuah komunitas. Dengan hilangnya lahan-lahan seperti ini dari peta kota maka berdampak secara tak langsung bagi proses-proses tersebut bahkan bukan tidak mungkin menciptakan sebuah generasi yang individualistis kelak di kemudian hari karena tidak ada lagi ruang yang berfungsi untuk interaksi sosial bagi masyarakat.


Tak hanya itu, taman adalah ruang terbuka hijau juga berfungsi sebagai pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan, pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara, keanekaragaman hayati dan pengendali tata air serta tak ketinggalan sebagai sarana estetika kota yang sedap di pandang secara visual. Keberadaan ruang ini tak hanya menjadikan kota menjadi sekedar tempat yang sehat dan layak untuk dihuni tapi juga nyaman dan asri. Setidaknya sebuah ruang untuk menatap langit yang membuka cakrawala pengetahuan menjadikan kita berpikir seluas langit dan terbuka terhadap sebuah kebhinekaan.


Uu ruangmenataplangit

Senin, 13 Oktober 2014

Masih Gelap Gulita Taman Menteng Sabtu Ini




mati lampu taman menteng


Sabtu 11 Oktober 2014 siang yang terik menemani aktifitas yang mengalienasi kehidupan manusia yang menjual tenaga produktifnya kepada pemilik modal untuk keberlanjutan hidupnya. Pada dasarnya manusia adalah mahluk kreatif yang menciptakan bentuk dari material yang mana mereka dapat mewujudkan jati diri mereka ke dalam apa yang mereka buat. Dalam masyarakat pra-kapitalis manusia adalah utuh, memiliki otoritas penuh atas diri mereka sendiri. Yap’s mereka menciptakan barang-barang untuk mereka gunakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan mereka atau mereka perjual-belikan secara adil.


Hmm beristirahat sejenak setelah akhirnya lepas dari keterasingan ini, untuk berangkat bareng di titik temu di daerah kawasan Selatan Jakarta, Tebet. Sedikit terhambat karena pertemuan sabtu ini belum selesai dan sepertinya telat 20 menit untuk membuka baca-baca di taman. Setelah menerobos kemacetan yang tak terlalu parah akhirnya sampai juga di Taman Menteng yang nampak gelap gulita seperti minggu yang lalu. Taman menteng dalam gelap di depan air muncrat rumah kaca depan bekas sevel yang nampak telah ditutup, lampu taman di sekitaran jalan rumah kaca nampak mati dan rumah kaca lampu pun tak menyala seperti sebelum bulan Oktober. Komunitas baca-baca di taman mungkin komunitas nocturnal yang beraktifitas dan mempunyai waktu lenggang pada malam hari dan siang hari sibuk beraktifitas ada yang sekolah, bekerja untuk menyambung hidup.


Gelap-gelapan di taman membuat kegiatan baca-baca di taman membuat kecewaan para tamu yang sangat antusias untuk singah ke depan rumah kaca berkumpul dengan komunitas baca-baca di taman. Katanya taman menteng bukan tempat mesum tapi malah sabtu inisekitar dua rumah kaca dan lampu tamanya di matikan. Sebagian lagi Nampak menyala ini diskriminasi ruang public yang tak berkehendak mendukung kegiatan baca-baca di taman setiap sabtu malam minggu ini berjalan dengan semestinya. Dan seharusnya ruang publik seperti taman, harusnya memberikan fasilitas penerangan yang cukup bukanya malah menjadi gelap dan cenderung rawan kriminalitas.


Besar kemungkinan jumlah taman kota yang ada di Jakarta sekitaran 1.178 taman kota akan lenyap dan menghilang bila masayarakat dan pemerintah tak punya kepedulian dan berkegiatan di taman. Ketika masyarakat tak lagi mempunyai budaya bertaman dan menjadikan suatu kebiasaan berkegiatan di taman dengan positif dan menyenangkan. Tapi mungkin baca-baca di taman bukanya kegiatan positif bagi sebagian orang dan kegiatan baca-baca di taman yang mengajak untuk berkumpul dan membaca bersama , bersilahturahmi adalah hal yang tak menyenangkan jadinya lampu di taman ini dan rumah kaca mati menjadi gelap gulita saat malam turun. Sambil menatap langit malam ini di depan rumah kaca yang dengan penerangan lampu yang nampak remang-remang penerang jalan nampak di rumah kaca yang gelap membuat ritual baca-baca dan berkumpul ini nampak menikmati gelapnya taman, walau terasa ganjil dengan kegelapan dan tak bisa membaca beberapa lembar halaman buku.


Sampai ketemu sabtu 18 oktober 2014 di depan rumah kaca, taman menteng semoga lampu taman dan rumah kaca menerangi kembali baca-baca di taman.

Uu ruangmenataplangit